Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suzuki, Toyota, dan GWM, Pabrikan Penghasil Emisi Tertinggi

Kompas.com - 20/10/2023, 11:02 WIB
Donny Dwisatryo Priyantoro,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Hampir semua pabrikan otomotif berlomba-lomba untuk mengurangi emisi. Ternyata, beberapa pabrikan besar, seperti Suzuki, Toyota, dan Great Wall Motor (GWM), masih jadi pabrikan yang menghasilkan emisi tinggi.

Pada Greenpeace Auto Ranking 2023, semua pabrikan otomotif dari berbagai belahan dunia didata dan dibuat peringkat berdasarkan upaya untuk memangkas emisi. Hasilnya, ketiga pabrikan tersebut berada di posisi terendah dalam upaya memangkas emisi dari sektor otomotif.

Baca juga: Kendaraan Listrik Diklaim Sumbang Banyak Emisi, Toyota Beri Tanggapan Ini

Mengacu International Energy Agency (IEA), industri otomotif harus sepenuhnya beralih dari kendaraan bermesin pembakaran internal guna mencapai netral karbon pada 2050.

Suzuki Ertiga hybrid versi Filipinadoc Gaadiwaadi Suzuki Ertiga hybrid versi Filipina

Greenpeace Asia Timur mengevaluasi 15 produsen kendaraan bermotor konvensional di dunia terkait upaya transisi dari mesin pembakaran internal, dekarbonisasi rantai pasok, dan pengurangan sumber daya dan sirkularitas.

Toyota yang merupakan salah satu produsen kendaraan bermotor terbesar di dunia ternyata hanya bisa menjual 400 mobil listrik secara global pada 2022. Sementara Suzuki, tidak menjual satu pun mobil listrik.

Baca juga: Jangan Sembarangan, Aturan Tilang Uji Emisi Perlu Dasar Hukum yang Baku

Sedangkan GWM, penjualan mobil listriknya cukup tinggi. Tapi, pabrikan asal China ini memperoleh poin rendah dalam hal dekarbonisasi rantai pasok.

Salah satu produk mobil listrik Great Wall Motor di bawah naungan merek ORA, Adora.GREAT WALL MOTOR Salah satu produk mobil listrik Great Wall Motor di bawah naungan merek ORA, Adora.

Ada Kong, Deputi Direktur Program Greenpeace Asia Timur, mengatakan, dirinya sangat menyayangkan raksasa produsen kendaraan bermotor seperti Toyota, Volkswagen, dan Hyundai, memangkas emisi tidak secepat yang dipercaya masyarakat.

"Meski penjualan kendaraan listrik tumbuh cepat, 94 persen mobil yang dijual tahun lalu oleh produsen otomotif terbesar dunia, masih berbahan bakar fosil. Pemimpin industri seperti Toyota dan Hyundai, justru membanjiri jalanan dengan kendaraan bermesin ICE dan SUV yang terus bertambah," ujar Ada, dalam keterangan resminya.

Ada menambahkan, produsen otomotif perlu mempercepat transisi dari bahan bakar fosil, daripada terus menyuarakan porsi penjualan EV yang kecil.

Mercedes-Benz EQS SUVDok. Mercedes-Benz Mercedes-Benz EQS SUV

Sementara itu, Mercedes-Benz dan BMW justru memperoleh nilai tertinggi. Meskipun kedua pabrikan Eropa ini menjual kendaraan ICE lebih banyak, yang tidak sesuai dengan upaya membatasi kenaikan suhu rata-rata global maksimal 1,5?C.

Shanghai Automotive Industry Corporation (SAIC), produsen otomotif terbesar di China, mencatatkan penjualan kendaraan listrik tertinggi. Tahun lalu, tiga dari 10 kendaraan yang dijual SAIC adalah kendaraan listrik. Namun, perusahaan itu berada di urutan ketiga lantaran laju dekarbonisasi yang lamban pada rantai pasoknya.

Untuk diketahui, SAIC merupakan satu-satunya produsen dengan penjualan kendaraan nol emisi yang cukup signifikan di India, Thailand, dan Indonesia.

Baca juga: Soal Tilang Uji Emisi, Komunitas Motor Berharap Pemerintah Bisa Adil

Pabrik SAIC Motor Thailand.Nikkei Pabrik SAIC Motor Thailand.

Sementara pabrikan otomotif lainnya, terus menjual kendaraan bermesin konvensional dalam jumlah besar di negara-negara berkembang.

Produsen otomotif juga dinilai mengabaikan peran penting rantai pasok dan bahan baku dalam dekarbonisasi. Industri otomotif kurang memperhatikan emisi yang dihasilkan dari rantai pasok, bahan baku, dan proses produksi, seperti konsumsi energi pabrik manufaktur dan emisi hulu dari pengadaan baja.

Untuk itu, Greenpeace mendesak produsen otomotif untuk mengadopsi strategi transisi kendaraan nol emisi yang lebih ambisius pada operasinya di seluruh dunia.

Baca juga: Perawatan Motor Tua Eropa dan AS Lebih Mudah Dibandingkan Jepang

Toyota xEV EcosystemTAM Toyota xEV Ecosystem

Eropa sudah menetapkan bahwa tidak ada lagi produsen otomotif yang memasarkan kendaraan bermesin konvensional pada 2028. Langkah yang sama juga diambil oleh Amerika Serikat, China, Korea, dan Jepang, sebelum 2030.

Transisi ke kendaraan listrik ini harus dijalankan beriringan dengan investasi daur ulang baterai, dekarbonisasi rantai pasok baja, dan transisi berkeadilan bagi pekerja industri otomotif.

“Produsen otomotif tradisional perlu mempercepat adopsi kendaraan listrik secara dramatis. Merek seperti Toyota dan Hyundai menghadapi ancaman pasar yang sangat nyata dari produsen kendaraan listrik, seperti Tesla dan BYD, tetapi mereka justru enggan berubah di hadapan teknologi yang terus berevolusi,” kata Ada.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com