Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fenomena Sepeda Listrik yang Perlu Ketegasan

Kompas.com - 05/08/2023, 19:42 WIB
Stanly Ravel

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Meski sudah ada aturan resmi, tapi pada kenyataannya penggunaan sepeda listrik yang kini mulai menjamur banyak diacuhkan oleh masyarakat.

Salah satu contoh paling sering dilihat soal penggunaannya di jalan raya. Parahnya lagi dikendarai anak-anak yang masih di bawah umur.

Kondisi tersebut sudah jelas salah dan berdampak fatal. Paling baru soal kecelakaan anak kecil yang meninggal saat mengendarai motor listrik di jalan raya akibat hilang kendali dan tertabrak mobil.

Menyikapi fenomena maraknya peredaran sepeda listrik yang digunakan tanpa mengikuti regulasi, pendiri Jakarta Defensive Driving Consultant (JDDC) Jusri Pulubuhu mengatakan, sudah waktunya pemerintah dan instansi terkait mengambil tindakan.

Baca juga: Impresi Berkendara Keeway SCR 250V, Nyaman Tapi Gahar

Tindakan yang dimaksud bukan sekadar hanya melakukan sosialisasi terhadap aturan, tapi lebih keaksi nyata berupa pelarangan atau pemberian sanksi bagi yang melanggar.

"Aturannya sudah ada dan jelas, tapi yang belum dan masih sangat lemah soal sanksi yang diberikan bila melanggar, jadi memang harus benar-benar tegas dan harus dilakukan segera, karena bila didiamkan selain fatal nantinya akan tambah sulit ketika sudah menjadi kebiasaan," ucap Jusri kepada KOMPAS.com, Kamis (3/8/2023).

Menurut Jusri, sudah terlalu banyak pembiaran-pembiaran yang terjadi sehingga pengguna sepeda listrik makin menjamur tanpa mengikuti aturan yang berlaku.

Pelanggarannya pun tak hanya di kota-kota besar, tapi sampai daerah. Hal ini lantaran peredaran sepeda listrik yang cukup masif tanpa ada kontrol yang jelas soal penjualannya.

Anak di bawah umur (Bocil) mengendarai sepeda listrik di jalan umum bisa sangat membahayakanTangkapan layar youtube @Misterjayofficial Anak di bawah umur (Bocil) mengendarai sepeda listrik di jalan umum bisa sangat membahayakan

"Sekarang ini cukup banyak, tidak hanya di dilernya saja, banyak ruko-ruko dibuka untuk jualan motor listrik, bahkan sampai di toko ponsel juga ada, artinya ini sudah terlalu bebas. Harusnya ini ada kejelasan, ada kontrol dari pemerintah, mungkin dalam hal ini Kementerian Perdagangan," kata Jusri.

Baca juga: Cegah Kantong Bolong Akibat Perbaikan Transmisi Mobil Matik

Jusri menjelaskan, hal paling utama soal fenomena sepeda listrik adalah faktor keselamatan. Selain itu harus diupayakan bagaimana masalah safety menjadi sebuah life style, bukan sekadar slogan saja.

 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Ditjen Perhubungan Darat (@ditjen_hubdat)

Lantaran itu, dalam mengupayakan penindakan tidak bisa hanya mengandalkan satu atau dua pihak saja.

Perlu adanya kerja sama antar pemangku kepentingan, seperti kepolisian, Kementerian Perhubungan, Kementerian Perdagangan, Kementerian Komunikasi dan Informatika, sampai masyarkat dalam hal ini seperti orang tua dan lainnya.

"Meski mungkin sudah terlambat karena ada korban jiwa atau lainnya, tapi akan lebih baik tindakan dan pengawasannya tetap dilakukan. Minimal bisa menekan kejadian-kejadian yang fatal akibat penggunaan sepeda listrik ini," ujar Jusri.

Sebelumnya, Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia Sony Susmana mengatakan, mengendarai sepeda listrik berbeda jauh dengan sepeda kayuh atau konvensional.

Potret anak kecil menggunakan sepeda listrik di jalan umum, penuh mobil, truk dan motor yang lalu-lalangKompas.com/Daafa Alhaqqy Potret anak kecil menggunakan sepeda listrik di jalan umum, penuh mobil, truk dan motor yang lalu-lalang

Meski punya pedal, tapi dengan adanya motor listrik maka secara laju lebih kencang dan bisa dikendalikan instan oleh pengendara. Karena itu, sangat berbahaya bila anak kecil yang menggunakannya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com