JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah RI menargetkan produksi bioetanol mencapai 1,2 juta kiloliter (KL) di 2030 mendatang, sebagai upaya mendorong pemanfaatan bahan bakar nabati (BBN).
Jumlah tersebut meningkat pesat dibandingkan saat ini yang 10.000 KL setahun. Adapun salah satu upaya yang dilakukan untuk mencapai target itu, ialah dengan diluncurkan produk bahan bakar minyak campuran bioetanol.
"Kita akan launching produk Green Pertamax yang nantinya memiliki nilai oktan 95 dan lima persen dari fuel yang digunakan sudah menggunakan biofuel," kata Wakil Menteri BUMN I, Pahala Mansury dalam acara EBTK ConEx, Kamis (13/7/2023).
Baca juga: Mr Bean Jajal Toyota GR Yaris H2 di Goodwood
"Ini tentunya kita harapkan jadi salah satu upaya agar jadi opsi bagi masyarakat yang nanti akan menggunakan bahan bakar," lanjut dia.
Langkah strategis ini, sebagaimana amanat Peraturan Presiden No 40 Tahun 2023 mengenai Percepatan Swasembada Gula Nasional dan Penyediaan Bioetanol sebagai Bahan Bakar Nabati.
Kebijakan tersebut dibuat untuk meningkatkan penggunaan bioethanol sebagai pengganti bahan bakar fosil di dalam negeri. Pahala mengatakan, salah satu pertimbangan utama dikembangkannya bioetanol karena melihat potensi tebu yang melimpah di Indonesia.
Baca juga: Apa Benar Geber-geber Gas Bisa Bikin Mesin Mobil Jadi Rusak?
“Indonesia baru memiliki 1.800 hektar lahan tebu saja, kita berharap lahan ini bisa dikembangkan untuk ditanam tebu sebagai sumber bioetanol bisa meningkat menjadi 700.000 hektar dan bisa menghasilkan 35 juta ton tebu,” kata Pahala.
"Apabila sudah lebih banyak (konsumsi bioetanol), Indonesia bukan lagi hanya dikategorikan sebagai negara yang berhasil menurunkan emisi melalui penggunaan B35, tapi untuk yang gasoline juga memakai biofuel," lanjut dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.