Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kebiasaan Pengemudi yang Dapat Merusak Transmisi Manual

Kompas.com - 21/05/2023, 12:01 WIB
Erwin Setiawan,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Transmisi manual masih banyak digunakan pada mobil-mobil modern di tengah tren penggunaan transmisi otomatis atau CVT yang diklaim lebih efisien.

Transmisi manual juga bisa menghasilkan efisiensi yang tinggi bila pengemudi bisa menyesuaikan cara berkendara. Seperti menerapkan eco driving agar konsumsi BBM tidak boros.

Namun, pengendara mobil manual tetap perlu memperhatikan kebiasaan buruk yang dapat merusak transmisi secara perlahan.

Baca juga: Honda WR-V Transmisi Manual Resmi Meluncur, Harga Rp 260 Jutaan

Transmisi manual pada Daihatsu Ayla 1.0 X MT ADSKOMPAS.com/DIO DANANJAYA Transmisi manual pada Daihatsu Ayla 1.0 X MT ADS

Foreman Aha Motor Yogyakarta Aji Dwi Nugroho, mengatakan pengoperasian transmisi manual yang tidak tepat biasanya menjadi kebiasaan, padahal itu bisa merusak transmisi secara pelan-pelan.

“Kebiasaan berkendara mobil ini perlu diperbaiki, agar komponen transmisi manual lebih awet, karena secara perlahan tapi pasti cara pengoperasian yang tidak tepat dapat membuat komponen cepat aus,” ucap Aji kepada Kompas.com, Sabtu (20/5/2023).

Aji mengatakan, salah satu kebiasaan buruk dalam berkendara adalah saat menginjak pedal kopling. Banyak pengendara yang belum menginjak pedal dengan penuh sudah memindahkan tuas transmisi.

Baca juga: Tanda Kopling Mobil Transmisi Manual Sudah Minta Diganti

Transmisi manual butuh perawatan ganti oliIST Transmisi manual butuh perawatan ganti oli

“Perpindahan percepatan yang terjadi ketika kopling belum terlepas sepenuhnya dapat membuat sinkromes lebih cepat aus, karena harus lebih banyak meredam putaran poros yang masih bertaut dengan putaran mesin,” ucap Aji.

Selain soal putaran mesin yang masih bertautan, pengemudi juga sering lupa bahwa pada saat mengubah arah putar dari kendaraan melaju ke depan menjadi mundur butuh waktu.

Setidaknya, pengemudi harus memastikan kendaraan sudah tidak lagi melaju, baru dilakukan perpindahan gigi maju menjadi mundur. Menurut Aji, cara yang tidak tepat tersebut dapat menyebabkan roda gigi rontok.

Baca juga: Jajal Generasi Baru Daihatsu Ayla 1.000 cc Transmisi Manual

Gigi mundur pada transmisi manual memiliki bentuk gigi khusus, tegak lurus dan tidak dilengkapi sinkromes.Kompas.com/Erwin Setiawan Gigi mundur pada transmisi manual memiliki bentuk gigi khusus, tegak lurus dan tidak dilengkapi sinkromes.

“Khusus untuk jenis roda gigi mundur, di dalamnya tidak dilengkapi dengan sinkromes, namun hanya mengandalkan hub sleeve, dan jenis roda giginya tegak lurus, berbeda dengan roda gigi lainnya yang dilengkapi sinkromes dan bentuk giginya menyerong,” ucap Aji.

Ketika kendaraan hendak mundur dari melaju ke depan, memang wajib memastikan mobil sudah berhenti, atau roda tidak berputar lagi. Ini ada hubungannya dengan putaran poros output transmisi.

“Begitu juga saat menginjak pedal kopling, wajib menginjak penuh dan bila diperlukan menunggu 2 detik baru memindahkan tuas transmisi ke posisi mundur, tujuannya agar poros input benar-benar berhenti,” ucap Aji.

Baca juga: Apa Benar Mobil Transmisi Manual Lebih Responsif daripada Matik?

Gigi mundur pada transmisi manual memang bentuknya berbeda, tujuannya agar tidak mudah berpindah dari arah laju ke depan lalu tiba-tiba mundur. Maka dari itu, cara pengoperasiannya juga membutuhkan cara yang lebih hati-hati.

“Jika cara tersebut tidak diperhatikan, atau diabaikan secara terus menerus mungkin saja menyebabkan komponen dalam transmisi cepat aus bahkan bisa menyebabkan roda gigi rontok,” ucap Aji.

Jadi, kebiasaan buruk dalam mengendarai mobil manual di atas perlu diubah agar komponen transmisi jadi lebih awet.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com