JAKARTA, KOMPAS.com - Masalah transmisi adalah masalah yang umum terjadi pada mobil matik, penyebabnya juga cukup beragam. Selain karena kendala-kendala yang bersifat teknis, kurangnya pemahaman masyarakat tentang transmisi mobil matik adalah faktor penyebabnya.
Kesimpulan tersebut disampaikan Thayne Lika alias koh Lung Lung pendiri bengkel Domo Transmisi di Kelapa Gading, Kamis (9/2/2023). Menurutnya, masih banyak mitos seputar transmisi mobil matik yang menyesatkan masyarakat.
"Dasarnya transmisi itu memang ribet, ditambah kurangnya pemahaman masyarakat dan banyak mitos yang menyesatkan," kata koh Lung Lung kepada Kompas.com.
Baca juga: Dokter Mobil Buka Layanan Perbaikan Transmisi Mobil Matik
Misalnya, ada mitos perawatan transmisi yang menurutnya sangat umum di kalangan masyarakat, yakni oli transmisi bersifat long life and lifetime (umurnya panjang dan seumur hidup). Menurutnya, pemahaman itu keliru.
"Sering dijumpai omongan kalau oli transmisi itu long life and lifetime, enggak perlu ganti walau sudah 75.000 kilometer atau 100.000 kilometer. Padahal itu semua salah," ucapnya.
Alumnus universitas Western Sydney itu menggarisbawahi poin logis yang sering terlewat, di mana umumnya, semua botol oli transmisi menganjurkan pengguna untuk mengganti oli transmisi setiap 20.000 kilometer sekali.
"Padahal seharusnya perawatan itu jauh lebih mudah daripada perbaikan, cuma karena mitos menyesatkan dan edukasi transmisi yang kurang, sering sekali dijumpai kasus-kasus transmisi rusak di Indonesia," katanya.
Baca juga: Apa Perbedaan D-CVT dengan CVT, Transmisi Baru Daihatsu?
Tips Perawatan Transmisi Mobil Matik
Lebih lanjut, koh Lung Lung memberikan tips perawatan transmisi mobil matik yang bisa dilakukan oleh konsumen.
Utamanya adalah mengganti oli transmisi secara berkala setiap 20.000 kilometer.
Tips kedua adalah tentang flushing transmisi. Menurutnya perawatan jenis ini tidak perlu dipusingkan tidak jika tips pertama rutin dilakukan konsumen.
Pertimbangannya adalah melakukan flushing transmisi membutuhkan alat khusus (ATF Changer) yang mungkin jarang dijumpai dan hanya ada di bengkel mobil tertentu.
Baca juga: Apa Benar Mobil Transmisi Manual Lebih Responsif daripada Matik?
Tips terakhir adalah soal tindakan yang dilakukan jika transmisi sudah rusak. Koh Lung Lung menyarankan konsumen untuk tidak tergoda dengan transmisi gelondongan alias half-part.
Tujuannya adalah meminimalisir risiko karena besarnya biaya yang akan keluar jika hal itu gagal dilakukan.
Menurutnya, langkah terbaik yang bisa dilakukan jika transmisi rusak adalah melakukan overhaul transmisi, di mana mesin transmisi dibongkar, dibersihkan, dan dirakit kembali di bengkel spesialis. Biayanya jauh lebih murah dan jelas.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.