JAKARTA, KOMPAS.com - Belakangan ini ajang balap motor MotoGP dinilai mulai kehilangan pamor dan ditinggalkan penonton.
Sepinya penonton MotoGP beberapa tahun belakangan ini bisa jadi tak terlepas dari pensiunnya sosok Valentino Rossi dan absennya Marc Marquez lantaran cedera lengan kanan yang dideritanya.
Selain itu, tak sedikit yang menilai bahwa MotoGP di era sekarang tidak semenarik dulu. Di mana banyak menyajikan aksi saling salip di lintasan, hingga perselisihan antar pebalap seperti yang terjadi pada Marc Marquez dan Valentino Rossi pada musim 2015 lalu.
Baca juga: Malaysia Ingin Amandemen UU, Balap Liar Bisa Didenda Rp 35 Juta
Perselisihan antara Marquez dan Rossi pada saat itu tidak hanya terjadi di lintasan, tetapi dibawa sampai keluar lintasan. Bahkan hingga saat ini hubungan keduanya pun masih terlihat dingin.
Sementara pebalap MotoGP saat ini dinilai hanya keras ketika di lintasan saja. Di luar lintasan, selebihnya mereka adalah sahabat. Bahkan di era pebalap MotoGP saat ini sangat jarang perselisihan antar rider hingga dibawa keluar lintasan.
Menanggapi hal ini, Chief Executive Officer (CEO) Dorna Sports Carmelo Ezpeleta mengatakan, dirinya lebih suka melihat rivalitas yang sehat antar pebalap. Persaingan tersebut tidak sampai dibawa keluar lintasan seperti yang terjadi dengan Marquez dan Rossi di musim 2015 silam.
“Puncak ketertarikan (MotoGP) yang kami miliki adalah pada tahun 2015, setelah insiden antara Valentino Rossi, Marc Marquez dan Jorge Lorenzo. Saya sudah mengatakan, saya tidak menyukainya,” ucap Ezpeleta, dikutip dari GPOne, Rabu (28/12/2022).
“Saya mungkin terlalu naif, tapi menurut saya persaingan harus fokus pada keinginan pembalap untuk menang,” katanya.
"Saya tidak ketika Lorenzo dan Dani Pedrosa tidak berbicara satu sama lain, dan saya tidak suka saat Rossi dan Biaggi saling bersinggungan ketika menaiki tangga podium di Montmelo,” lanjutnya.
Lebih lanjut, Ezpeleta yakin jika ada cara lain untuk membuat pamor MotoGP naik tanpa harus menjual pertikaian antar pebalap.
“Tentu saja saya suka persaingan karena membantu popularitas, tetapi Anda harus menemukan yang lain. Dalam tinju, jelas bahwa penyelenggara ingin para petinju menghina bahkan meludahi satu sama lain pada saat penimbangan. Tetapi saya tidak setuju dengan itu,” kata Ezpeleta.
Baca juga: 388.000 Kendaraan Kembali ke Jabodetabek Setelah Hari Raya Natal 2022
“Bagi saya, boleh saja menang, tetapi tidak mengolok-olok orang yang kalah. Saya pikir nilai-nilai itu bisa dijual Jika orang lain harus dijual, saya bukan orang yang tepat.” tambahnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.