Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bolehkah Mencampur Nitrogen dan Udara Biasa pada Ban?

Kompas.com - 29/10/2022, 12:22 WIB
Dicky Aditya Wijaya,
Stanly Ravel

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com - Menjaga tekanan udara pada ban, menjadi salah satu bentuk perawatan yang wajib diperhatikan pemilik mobil.  

Berkendara dengan ban yang kurang udara atau kempis, sangat tak direkomendasikan karena bisa merugikan.

Selain ban bisa bocor dan menghambat perjalanan, imbas tekanan udara yang kurang juga membuat handling, serta laju mobil menjadi berat yang berdampak pada borosnya bahan bakar.  

Tak hanya itu, dengan tekanan udara yang kuran juga membuat umur pakai ban menjadi lebih singkat. Hal tersebut karena membuat karet kompon tidak elastis, kerusakan seperti ban benjol lebih berpeluang terjadi. 

Baca juga: Innova Hybrid Pakai Platform TNGA dan Fitur Sunroof

Banyak pemilik mobil menilai penggunaan nitrogen menawarkan keuntungan berlebih, ban dianggap lebih lentur. Sehingga handling dan kenyamanan berkendara jadi nyaman. 

Namun mendapatkan nitrogen dengan mudah masih menjadi kendala, terutama di daerah-daerah kecil yang kebanyakan masih menawarkan pengisian dengan angin biasa. 

Lantas apakah aman mencampur nitrogen dengan udara biasa?

Product Development Manager Otobox Supermarket Ban Indonesia Aan Nugroho mengatakan, tekanan udara angin biasa dan nitrogen memiliki perbedaan karakter. 

"Efeknya kenyamanan sampai usia pemakaian ban. Perbedaan molekul udara seperti pertemuan kutub positif dan negatif, saling bertolak belakang. Suhu di dalam ban jadi tidak stabil," kata Aan kepada Kompas.com, Sabtu (29/10/2022). 

Baca juga: Ini yang Dirasakan Pengemudi Saat Ban Mobil Kempis di Jalan

Karakter yang bertolak belakang tersebut langsung terasa pada performa saat ban digunakan berkendara, jadi lebih keras dari biasanya. 

Tekanan udara dari dalam juga tidak bisa padat, struktur karet kompon ban berpeluang berubah karena celah-celah kompon ban masih kosong. 

"Tekanannya tidak stabil, kompon tidak elastis dan mengeras. Di dalam ban juga seperti ada ruang kosong, dampak parah bisa terjadi jika ban berbenturan dengan benda-benda keras, bisa benjol," ucapnya. 

Suhu udara angin ban 'oplosan' juga tidak stabil, pemuaian dari dalam saat berkendara membuat ban jadi cepat panas. Aan menyarankan, sebaiknya pilih jenis udara yang sesuai, hindari untuk mencampur. 

Ilham Hermawan Pemilik Sarang Knalpot dan Ban Semarang menjelaskan, kandungan air yang tinggi hasil campuran angin biasa dan nitrogen meningkatkan risiko korosi pada pelek. 

Baca juga: Begini Cara Mengecas Baterai Mobil Listrik Wuling Air ev yang Benar

"Kandungan air tercipta karena kadar oksigen dalam ban semakin meningkat. Oksigen mengikat air lebih banyak dan mempercepat pembentukan karat," ucap Ilham. 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Komentar
pembodohan publik ini, udara sekitar yg kita hirup sudah lebih dari 70 persen nitrogen. coba ditelaah kalau seperti ini semua ban itu produk gagal. dan karena udara yang kita hirup bercampur nitrogen, paru-paru kalian bisa meledak.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
China soal Latihan Dekat Perairan Taiwan: Itu Peringatan Serius
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi Akun
Proteksi akunmu dari aktivitas yang tidak kamu lakukan.
199920002001200220032004200520062007200820092010
Data akan digunakan untuk tujuan verifikasi sesuai Kebijakan Data Pribadi KG Media.
Verifikasi Akun Berhasil
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau