JAKARTA, KOMPAS.com – Berlakunya pajak berbasis emisi atau carbon tax di Indonesia dalam waktu dekat bakal mengubah besaran pajak yang ditanggung sejumlah model kendaraan.
Singkatnya, skema pajak baru lebih mendukung mobil listrik murni, hybrid, PHEV, ataupun fuel cell dibandingkan mesin bakar internal.
Sementara itu, perubahan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) pada mobil konvensional pun bervariasi.
Baca juga: Bocoran Gambar Calon Avanza Baru, Lebih Gagah Mirip Xpander dan Raize
Misalnya sedan di bawah 3.000 cc yang sebelumnya dikenakan PPnBM 30 persen, turun menjadi 15 persen.
Kemudian, mobil bensin dengan kapasitas 1.500 cc yang awalnya hanya 10 persen, nanti akan menjadi 15 persen. Adapun mobil LCGC menjadi 3 persen, dari sebelumnya 0 persen.
Sementara mobil listrik murni (BEV) sebesar 0 persen. Lalu mobil hybrid berkisar 2 persen, 5 persen, dan 8 persen, bergantung dari emisi dan konsumsi bahan bakarnya.
Baca juga: Rem Mendadak, Dua Pengendara Motor Ditabrak dari Belakang
Pengamat otomotif Yannes Martinus Pasaribu mengatakan, penerapan carbon tax dapat memicu pertumbuhan pasar bagi kendaraan BEV dan hybrid.
Pada saat yang sama, mobil-mobil bermesin konvensional berangsur-angsur akan turun, termasuk segmen LCGC yang selama ini terkenal sebagai mobil murah.
“Untuk mengantisipasinya, maka produsen LCGC harus segera menyiapkan dan memasarkan LCGC berpenggerak hybrid,” ujar Martinus kepada Kompas.com, Selasa (5/10/2021).
Baca juga: Catat, Ini Besaran Denda yang Harus Dibayar Penunggak Pajak Kendaraan
“Bahkan bukan tidak mungkin bersiap-siap untuk quantum leap dengan BEV, demi menekan emisi dan sekaligus menikmati diskon pajak dengan model PPnBM berbasis karbon yang baru kelak,” kata dia.
Oleh sebab itu, agar LCGC tetap berharga murah dan terjangkau bagi semua kalangan, dapur pacu harus diubah mengikuti ketentuan skema pajak karbon.
Menurut Martinus, perubahan secara gradual atau perlahan mungkin akan banyak dipilih merek otomotif.
Mulai dari mesin bakar internal, pindah ke mild hybrid, lalu full hybrid, kemudian plug-in hybrid, hingga BEV.
Baca juga: PO Haryanto Rilis Bus dari Karoseri Laksana
“Namun, ini terlihat sebagai buying time, terlalu lama, terlalu berisiko di-overlap oleh para kompetitor yang berpikiran maju,” ucap dia.
Seperti diketahui, teknologi mobil listrik terus berkembang. Harga mobil listrik yang murah diprediksi bisa segera terjadi. Apalagi tren penurunan harga baterai lithium-ion sudah di depan mata.
Dengan demikian, melakukan lompatan dari LCGC konvensional ke LCGC hybrid atau listrik menjadi sebuah keniscayaan bagi pabrikan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.