JAKARTA, KOMPAS.com - Mobil listrik maupun hibrida saat ini sudah menjadi pemandangan yang biasa di Indonesia. Hal ini tidak terlepas dari dukungan Pemerintah Indonesia untuk mendorong percepatan kendaraan listrik di Indonesia.
Selain kendaraan listrik atau BEV (Battery Electric Vehicle), masih ada dua teknologi lain yang mirip dengan kendaraan listrik murni yakni HEV (Hybrid Electric Vehicle) dan PHEV (Plug-in Hybrid Electric Vehicle).
Baca juga: Prospek Ekspor Mobil Buatan Indonesia ke Australia Terbuka Lebar
Meski sekilas hampir sama, ternyata teknologi kendaraan ramah lingkungan tersebut mempunyai sejumlah perbedaan.
Lantas, apa perbedaannya?
BEV (Battery Electric Vehicle)
BEV merupakan kendaraan listrik murni, di mana sumber tenaganya benar-benar hanya mengandalkan baterai saja.
Dengan demikian, mobil jenis BEV sangat tergantung dengan stasiun pengisian.
Oleh sebab itu, pengemudi mobil ini harus cermat dalam memperhitungkan jarak dengan kapasitas baterai yang tersisa. Khusus di Indonesia, stasiun pengisian daya baterai memang belum sebanyak SPBU.
Berkat teknologi yang begitu canggih dan bebas BBM, tidak heran jika harga mobil ini masih terbilang tinggi yakni Rp 569 juta sampai Rp 1 miliar.
Mobil BEV lebih efisien dan irit dibandingkan dengan mobil dengan teknologi HEV atau PHEV, tapi harga baterainya sekarang ini masih sangat tinggi.
Beberapa jenis mobil dengan teknologi BEV adalah Tesla dan juga Hyundai Ioniq.
HEV (Hybrid Electric Vehicle)
Mobil yang menggunakan teknologi ramah lingkungan lainnya adalah HEV atau yang dikenal dengan hibrida.
Meski menggunakan embel-embel elektrik, tetapi mobil ramah lingkungan ini masih mengandalkan mesin konvensional.
Mesin tersebut diberi motor listrik sebagai sumber tenaga tambahan yang mengambil tenaganya dari baterai. Mobil hibrida atau hybrid tidak membutuhkan stasiun pengecasan.
Baca juga: HD WLA 1942, Restorasi Motor Zaman Perang Modal Mesin dan Girboks