Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ancaman Penyakit Ban Truk atau Bus yang Sering Lewat Pergunungan

Kompas.com - 09/05/2020, 10:02 WIB
Muhammad Fathan Radityasani,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Ban pada kendaraan niaga seperti truk atau bus memiliki peranan yang penting dalam menahan beban yang berat. Apalagi jika melewati area pergunungan dengan karakter jalan berkelok dan naik-turun, memaksa kerja ban akan semakin berat lagi.

Bambang Widjanarko, Independent Tire Analyst dan Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Jawa Tengah dan DI Yogyakarta, mengatakan, kendaraan niaga yang biasa melewati rute tersebut biasanya memiliki kerusakan ban yang sama, yaitu bead crack.

Bead crack merupakan adanya retak pada bagian ban yang paling dekat dengan bibir pelek. Penyebab biasanya yaitu overheat,” kata Bambang kepada Kompas.com, Kamis (7/5/2020).

Baca juga: Bus AKAP Siap Beroperasi Kembali di Tengah Larangan Mudik

Bead crack pada banliputan6.com Bead crack pada ban

Overheat pada ban terjadi karena truk atau bus melewati jalan yang naik turun dan berkelok, sehingga penggunaan rem menjadi lebih sering. Kondisi kendaraan yang stop & go juga menyebabkan ban menjadi lebih panas.

“Panas pada ban berasal dari pelek, gesekan ban dengan aspal, dan rem tromol yang dipakai berulang kali. Kawat baja pada bead menjadi panas, lalu karet yang ada di area tersebut menjadi kenyal seperti jeli,” ucap Bambang.

Baca juga: Perhatikan 4 Hal Ini Sebelum Mendahului Kendaraan Lain

Jika karet yang seperti jeli tersebut diistirahatkan, lalu dipakai lagi sampai overheat, lama-kelamaan struktur molekulnya sudah berubah dan terjadi bead crack. Selain itu kondisi jalan yang berkelok menjadikan ban lebih mudah rusak pada area bead.

“Saran untuk mengantisipasi bead crack yaitu dengan mengistirahatkan kendaraan setelah melewati area jalan yang naik turun dan berkelok,” kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau