Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tol Cipali Rawan Kecelakaan, Pengusaha Bus Harapkan Separator Permanen

Kompas.com - 16/12/2019, 11:01 WIB
Dio Dananjaya,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Pengguna kendaraan pribadi yang bakal menempul tol Cipali saat libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2020 diimbau lebih waspada. Pasalnya beberapa kecelakaan sering terjadi di ruas tol yang menghubungkan Jawa Barat dan Jawa Tengah ini.

Dirjen Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Budi Setiyadi, mengatakan jika karakter jalan yang lurus serta berdimensi kecil pada tol Cipali membuat potensi kecelakaan cukup besar.

“Kalau arah ke Jakarta itu biasanya terjadi karena pengendara yang lelah, karena bila dia dari Jawa Tengah atau Jawa Timur biasanya masuk ke Cipali itu pagi, artinya mereka sudah berjam-jam jadi ada potensi kelelahan dan hilang konsentrasi,” ucapnya kepada Kompas.com (13/12/2019).

Baca juga: Volume Kendaraan di Tol Cipali Diprediksi Naik 9,6 Persen

Untuk itu, pengendara wajib melakukan istirahat dan tidak memaksakan perjalanan. Budi juga mengimbau pengendara untuk memanfaatkan beristirahat di rest area agar bisa kembali bugar.

Seperti diketahui, kecelakaan yang terjadi di tol Cipali tak hanya dialami kendaraan kecil. Beberapa kendaraan besar seperti bus maupun truk kerap kali terlibat dalam kecelakaan di ruas jalan tersebut.

Ketua Umum Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia (IPOMI) Kurnia Lesani Adnan, yang juga menjabat Direktur Utama PT San Putra Sejahtera (PO SAN), berujar jika kecelakaan biasanya disebabkan karena faktor manusia.

Baca juga: 84,5 Persen Kecelakaan di Tol Cipali Disebabkan Faktor Manusia

“Tak bisa dipungkiri, kadang faktor manusia cukup besar. Tapi sebagai pengguna jalan dan operator bus menurut saya perlu ada separator permanen di tengah jalan,” ujarnya kepada Kompas.com beberapa waktu lalu.

Sani mengatakan, kejadian kendaraan menyeberang ke jalur berlawanan di tol Cipali sudah terjadi beberapa kali. Menurutnya, median jalan dari tanah yang agak lembek dan cekung itu tak mampu menahan laju mobil.

Belum lagi separator yang terbuat dari kawat baja, tak cukup mampu menahan gerak kendaraan yang sedang dipacu dalam kecepatan tinggi.

“Akhirnya kendaraan yang masuk median jalan tidak dapat tertahan, melainkan langsung masuk ke ke jalan dari arah berlawanan,” katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Komentar
bukan faktor alam dan faktor kondisi... tp faktor premanisme.. rata2 sifat premanisme arogaan ugal2an.. lah wong ga da saksi berat atau disiplin dr perusahaan... yg pnting untung byk


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
[FULL] Kapolri soal Pantauan Arus Mudik Lebaran 2025: Fatalitas dan Keamanan Lebih Baik dari Tahun
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi Akun
Proteksi akunmu dari aktivitas yang tidak kamu lakukan.
199920002001200220032004200520062007200820092010
Data akan digunakan untuk tujuan verifikasi sesuai Kebijakan Data Pribadi KG Media.
Verifikasi Akun Berhasil
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau