Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Strategi Angkutan Umum Agar Bersaing dengan Kendaraan Pribadi

Kompas.com - 16/12/2019, 09:22 WIB
Dio Dananjaya,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Layanan angkutan umum di kota besar seperti Jakarta harus terus ditingkatkan agar semakin diminati. Cara ini dilakukan agar masyarakat tidak terus bergantung pada kendaraan pribadi untuk mobilitas sehari-hari.

Pengamat Transportasi Djoko Setijowarno, mengatakan, pangsa pasar angkutan umum di Jakarta masih di bawah 10 persen. Layanan ojek dan taksi online yang makin marak keberadaannya jadi salah satu sebab angkutan umum kurang diminati.

Djoko menilai, angkutan umum harus bisa menarik hati masyarakat. Caranya, angkutan umum harus memiliki kualitas prima yang setara atau lebih unggul dari kendaraan pribadi. Sebab hal ini jadi salah satu keunggulan transportasi online.

Baca juga: BPTJ Anggarkan Rp 8 Miliar untuk Pengadaan Angkutan Umum di Kawasan ERP

Petugas Transjakarta melakukan pengecekan bus Zhongtong di Depo PPD F Klender, Jakarta Timur, Rabu (16/10/2019). PT Transportasi Jakarta kembali mengoperasikan bus merek Zhongtong Bus tersebut kini mengaspal di Jakarta melayani koridor 1 TransJakarta Blok M-Kota. ANTARA FOTO/Reno Esnir/foc.ANTARA FOTO/RENO ESNIR Petugas Transjakarta melakukan pengecekan bus Zhongtong di Depo PPD F Klender, Jakarta Timur, Rabu (16/10/2019). PT Transportasi Jakarta kembali mengoperasikan bus merek Zhongtong Bus tersebut kini mengaspal di Jakarta melayani koridor 1 TransJakarta Blok M-Kota. ANTARA FOTO/Reno Esnir/foc.

“Layanan prima dicapai dengan menyediakan layanan angkutan massal perkotaan sebagai moda prioritas dan bersifat door-to-door service,” ucapnya dalam keterangan resmi (15/12/2019).

Menurutnya, daya tarik angkutan massal di perkotaan perlu diwujudkan dengan memberikan proteksi dan subsidi.

“Proteksi ditujukan untuk memastikan angkutan massal memiliki keunggulan operasional. Misal, waktu tempuh, ketepatan waktu, dan kepastian layanan, dibandingkan dengan kendaraan pribadi,” kata Djoko.

Baca juga: Angkutan Umum di Ibu Kota Baru Bakal Didominasi Kendaraan Listrik

Angkot terintegrasi Jak Lingko Angkot terintegrasi Jak Lingko

Di samping itu, Djoko juga mengatakan, bahwa subsidi ditujukan untuk memastikan angkutan massal memiliki kualitas layanan prima dengan tarif terjangkau.

“Apabila strategi penerapan angkutan umum berhasil, indikatornya bukan hanya pengguna yang meningkat. Tapi juga modal share angkutan massal perkotaan,” ujarnya.

Seperti diketahui, memperbaiki layanan angkutan umum disebut Djoko masuk ke dalam bagian dari pull strategy. Yaitu sebuah cara untuk menarik masyarakat agar menggunakan angkutan massal perkotaan.

Baca juga: 4 Operator Angkutan Umum Komitmen Pakai Kendaraan Listrik

Kemacetan pada jam pulang kerja di jalan tol dalam kota Jakarta. Bonus demografi yang ditandai pertumbuhan kelas menengah yang mencapai 60 persen jumlah penduduk Indonesia ini menjadi pemicu naiknya konsumsi energi.IWAN SETIYAWAN Kemacetan pada jam pulang kerja di jalan tol dalam kota Jakarta. Bonus demografi yang ditandai pertumbuhan kelas menengah yang mencapai 60 persen jumlah penduduk Indonesia ini menjadi pemicu naiknya konsumsi energi.

Sementara itu, push trategy-nya dilakukan dengan mengatur penggunaan ruang jalan. Contohnya seperti ganjil-genap atau ERP (electronic road pricing).

Jika angkutan massal sudah dibenahi, masyarakat akan lebih mudah untuk dipaksa keluar dari kendaraan pribadi dan berpindah menggunakan kendaraan umum.

“Intervensi pemerintah dalam penyediaan layanan angkutan perkotaan diperlukan untuk mencegah terjadinya kegagalan pasar dan mengawal proses transformasi pengusahaan angkutan perkotaan,” ucap Djoko.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau