JAKARTA, KOMPAS.com – Pecah ban merupakan kejadian berbahaya bagi pengemudi di jalan. Efek hilangnya tekanan pada roda kendaraan ini dapat berimbas pada kecelakaan fatal.
Ada banyak sebab yang membuat pecah ban, misalnya menginjak sesuatu yang tajam di jalan. Namun salah satu yang paling banyak terjadi adalah karena kurangnya tekanan angin pada ban.
Fachrul Rozi, Customer Engineering Support PT Michelin Indonesia, berujar jika tekanan angin yang kurang membuat kawat di dinding ban mengalami stress. Dalam hal ini, dinding ban yang berfungsi sebagai penahan utama bobot mobil ke jalan, tidak mampu lagi bekerja dengan baik.
Baca juga: Duduk Perkara Kecelakaan Tol Jogorawi, Hendak ke Gereja dan Mobil Pecah Ban Belakang
“Kalau sudah terus-terusan seperti ini, kawat bisa putus, hingga membuat dinding ban sobek. Apalagi saat berjalan, ban cenderung menjadi panas,” ujarnya kepada Kompas.com (17/9/2019).
Oleh karena itu, ia mengingatkan pentingnya menjaga kondisi tekanan angin sesuai tire placard yang terletak di bagian pintu mobil atau pilar B. Menurutnya lebih baik kelebihan daripada kekurangan tekanan angin.
Rozi mengilustrasikan, kondisi tekanan angin yang harusnya diisi 32 psi, namun diisi 35 psi dinilai lebih aman. Ketimbang yang harusnya 32 psi, tapi hanya diisi 25 psi.
Baca juga: Panik Saat Ban Pecah, Lebih Baik Tambah Gas Ketimbang Injak Rem
Selain itu, banyak kejadian pecah ban juga disebabkan karena sisa tambalan yang lama kelamaan justru merusak ban itu sendiri. Contohnya, sela-sela tambalan dapat kemasukan air hingga mengakibatkan karat pada kawat di dalam ban.
“Banyak masyarakat kita yang menggunakan tambal ban cacing atau yang model ditusuk dari luar. Ini sebetulnya hanya untuk sementara, kalau dipakai terus menerus efeknya membuat karat dan berujung pecah ban,” katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.