JAKARTA, KOMPAS.com – Dengan meluncurnya mobil Esemka, PT Solo Manufaktur Kreasi dinilai beberapa kalangan melakukan rebadge dari mobil produksi Cina, Changan Star Truck.
Meski begitu, belum ada pernyataan resmi terkait hal ini dari pabrikan otomotif asal Boyolali itu. Mobil pikap Esemka Bima hanya disebut punya nilai kandungan lokal sebesar 60 persen.
Menanggapi hal ini, Sekretaris Umum Gaikindo Kukuh Kumara, mengatakan jika setiap merek industri otomotif punya keunggulan masing-masing. Menurutnya ada beberapa negara yang unggul dalam hal desain, eksterior dan interior, maupun dalam engine powertrain.
“Maka muncul lah spesialisasi, yang laku di negara ini belum tentu laku di negara lain. Tapi ada juga desain spesial yang bisa diterima di banyak negara dan ini yang diadopsi,” katanya dalam sebuah kesempatan di Jakarta (11/9/2019).
Baca juga: Gaikindo Sebut Esemka Masuk Segmen Khusus
“Dari konteks ini muncul konsep adopsi, jadi satu model kendaraan bisa rebadging dengan berbagai merek, tergantung mau dipasarkan di mana,” lanjut Kukuh.
Kukuh juga mengatakan, kerja sama rebadging ditentukan langsung oleh pemiliknya. Kukuh mencontohkan, misalnya pada tahun 1990-an pabrikan General Motors Indonesia memasarkan kendaraan dengan merek Opel.
Merek ini kemudian berganti nama menjadi Chevrolet. Padahal di saat yang sama, Opel merupakan pabrikan mobil asal Jerman.
Baca juga: Polemik Ganti Emblem dan Efek Industri Esemka
“Makanya muncul Opel Blazer padahal yang dikenal adalah Chevrolet Blazer, itu memang di eranya DNA Amerika kan. Tapi kemudian muncul lagi Zhafira, Zhafira itu pakai merek Chevy tapi DNA dari Jerman,” terangnya.
“Yang belakangan muncul satu model dimiliki empat merek, yakni MG, Wuling, Chevrolet, dan Hector,” tambah Kukuh.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.