JAKARTA, KOMPAS.com - Pusat Teknologi Material, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), mulai melakukan pengkajian pengolahan daur ulang baterai kendaraan listrik sejak tahun lalu.
Jarot Raharjo, Peneliti Pusat Teknologi Material BPPT, mengatakan, proses pengolahan limbah pada dasarnya ada dua, yakni biometalurgi dan hidrometalurgi, namun dalam hal ini BPPT mengkaji proses hidrometalurgi.
"Biometalurgi itu menggunakan smelter yang suhunya tinggi 1.400 derajat. Kalau hidrometalurgi kita menggunakan kimiawi untuk memisahkan bahan-bahan," kata Jarot yang ditemui Kamis, (5/9/2019).
Baca juga: Mengenal Speed Gun, Alat yang Dipakai Polisi untuk Mengukur Kecepatan
Jarot menjelaskan, hidrometalurgi adalah metode memperoleh bahan-bahan yang dibutuhkan menggunakan rekasi kimiawi. Lewat proses ini limbah baterai akan dimurnikan.
Hasil pemurnian tersebut menghasilkan bahan-bahan berharga seperti nikel, kobalt, mangan bahkan lithium carbonat.
"Jadi bisa terpisah-pisah, bahan-bahan itu yang nantinya kita akan olah lagi menjadi bahan baku baterai," katanya.
Baca juga: Ini Komponen Tervital di Mobil Listrik, Salah Sedikit Bisa Terbakar
Kendati demikian, Jarot mengatakan, ke depan BPPT akan terus mencari proses apa yang sekiranya lebih efisien. Sebab jika melihat masa pakai baterai, maka limbah baterai kendaraan listrik baru akan masif pada 2025.
"Ke depan kita akan temukan cara lain, karena ini masih lima tahun ke depan. Jadi limbah baterai ini baru lima tahun ke depan. Selama itu kita akan terus mengkaji," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.