TANGERANG, KOMPAS.com - Lewat paket kebijakan baru di sektor otomotif yang bakal dirilis dalam waktu dekat, pemerintah berharap Indonesia mampu meningkatkan daya saing guna meningkatkan ekspor kendaraan. Bahkan, bisa menjadi basis manufaktur yang kuat di ASEAN.
Menteri Keuangan Republik Indonesia Sri Mulyani Indrawati menyampaikan, Indonesia memiliki bekal yang sangat banyak untuk menjadi pusat otomotif di kawasan Asia Tenggara.
Mulai besaran GDP (Gross Domestic Product) yang terus positif dari beberapa tahun belakangan, tingkat demografi yang mayoritas diisi oleh anak muda, serta modal industri.
"Jika pondasi, potensi ini tidak digerakkan, maka Indonesia tidak akan tumbuh. Sehingga, pemerintah memberikan perhatian dengan memberi beberapa kebijakan. Diharapkan, industri otomotif Indonesia tidak hanya jago kandang saja," kata dia di GIIAS 2019, Tangerang, Rabu (24/7/2019).
Namun, saat ini Indonesia masih belum bisa melampaui Thailand dalam hal ekspor kendaraan maupun penjualan domestik. Padahal, populasi negara tersebut hanya seperempat dari Indonesia.
Baca Juga : Bocoran PP dan Perpres Kendaraan Elektrifikasi di Indonesia
"Bila berbicara industri otomotif di kawasan ASEAN, acuannya adalah Thailand. Penjualan ekspor negara tersebut nomor satu dan domestiknya nomor dua. Begitu pun China, padahal populasi mereka di bawah Indonesia," lanjut Sri Mulyani.
Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, sepanjang 2018, produksi mobil Thailand sudah berjumlah 2,1 juta unit. Sedangkan capaian ekspor untuk completely built up alias CBU atau kendaraan jadi sudah mencapai 1,1 juta.
Sementara produksi mobil di Indonesia pada tahun yang sama, baru 1,3 juta dengan capaian ekspor unit CBU berjumlah sekitar 264 ribu unit. Untuk itu, Sri Mulyani berharap kebijakan baru tentang kendaraan elektrifikasi dan tarif PPnBM bisa membuat iklim industri otomotif lebih baik lagi.
"Ekspor kita tertinggal mungkin karena Indonesia hanya memiliki mobil berjenis Multi Purpose Vehicle (MPV), jadi pemerintah lakukan koreksi," lanjut Sri Mulyani.
Baca Juga : Tawaran Insentif dalam Pepres Mobil Listrik di Indonesia
"Lalu kita juga akan masuk ke mobil yang memiliki gas buang rendah seperti kendaraan listrik, hybrid, plug-in hybrid, ataupun fuel cell. Momentumnya sedang ke arah sana sehingga pemerintah juga formulasikan hal tersebut. Sehingga, pada tahun 2030 dimana kendaraan listrik berkontribusi sebesar 10 sampai 50 persen dari kendaraan baru, kita sudah siap," kata dia lagi.
Pada kesempatan terpisah, pengamat kendaraan listrik dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Sigit Santosa menyatakan bahwa Indonesia memiliki peluang besar untuk jadi pemain di era kendaraan elektrifikasi.
"Saya rasa, sangat tepat bila Indonesia sudah mulai masuk era elektrifikasi dan regulasi terkait ingin dirilis. Sebab semua negara juga baru start di sini, kita mulai bersama-sama. Belum tertingal jauh," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.