Detroit, KompasOtomotif – Atas keyakinan bahwa komputer bisa mengoperasikan mobil lebih aman dari manusia, mendorong para produsen mobil dunia untuk berlomba-lomba mengembangkan teknologi “self-driving” atau otonomos. Namun, kecelakaan fatal membuat semangat mengembangkan teknologi ini mulai luntur.
Terjadi kecelakaan fatal berujung kematian yang menimpa pengemudi mobil Tesla S, saat mengendarainya dengan bantuan mode “self-driving”.
Mengutip The New York Times, Jumat (1/7/2016), petaka ini dianggap sebagai kecelakaan fatal pertama yang melibatkan kendaraan, dengan kemampuan berkendara sendiri, melalui software, sensor, kamera, dan radar.
Kecelakaan ini terjadi saat lembaga keselamatan berkendara Amerika, The Highway Traffic Safety Administration Nasional (NHTSA) akan merilis peraturan baru terkait dengan mobil canggih ini. Rencananya aturan tersebut akan dicetuskan bulan ini, Juli 2016.
Baca juga : NHTSA akan Rilis Aturan Baru Mobil Otonomos
Dari hasil dugaan pihak NHTSA, kecelakaan terjadi karena mode self-driving Tesla tidak membaca traktor, yang berada tepat di depan mobil Tesla S yang akan berbelok ke kiri. Sehingga mobil gagal untuk mengaktifkan sistem pengereman.
Pihak berwajib mengidentifikasi, kalau koban adalah seorang veteran angkatan laut Amerika, Joshua Brown, berusia 40 tahun. Ironisnya, Brown ini merupakan seseorang yang memiliki perusahaan konsultan teknologi, dan sangat percaya denga misi Tesla.
Bahkan Brown pernah membuat sebuah video, saat dirinya sedang mengendarai mobil Tesla miliknya di jalan umum. Dirinya tampak begitu antusias dan senang memamerkan fitur “self-driving” yang ada di mobilnya.
Karl Brauer, Analis Auto Research dari Kelley Blue Book mengatakan, kalau ini merupakan sebuah peringatan yang tidak boleh diabaikan. Para produsen yang sudah akan memasarkan produk ini, harus berpikir kembali.
“Ini bisa dikatakan sebagai ‘wake up call’ bagi para orang-orang yang terlalu agresif berpikir, kalau kita sudah hampir sampai pada teknologi self-driving, dan akan segera tersedia di pasar. Dari kejadian ini, nampaknya mereka harus memikirkan kembali hal itu,” ujar Brauer.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.