Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Posisi Thailand Goyah di Mata Prinsipal Otomotif

Kompas.com - 22/01/2014, 11:13 WIB
Agung Kurniawan

Penulis

Bangkok, KompasOtomotif - Peringatan Toyota untuk menghentikan investasinya di Thailand merupakan kritikan pedas terhadap keadaan politik yang makin memanas belakangan ini. Hal tersebut merupakan uangkapan prinsipal otomotif, tidak nyaman dengan kondisi yang terjadi saat ini di Thailand.

"Perusahaan Jepang terus berinvestasi di Thailand meski mereka menghadapi banjir dan kekacauan politik. Terlepas dari kemungkin yang terjadi, pesan itu merupakan alarm peringatan," jelas sumber Thailand kepada Reuters (21/1/2014).

Darurat
Pemerintah Thailand akan memberlakukan kondisi darurat 60 hari di Bangkok dan provinsi sekitarnya menyusul aksi protes oposisi di Ibukota. Para pengunjuk rasa memblokade besar-besaran Bangkok dan terus memojokkan Perdana Menteri Yingluck Shinawatra untuk mundur. 

Industri otomotif merupakan terbesar ketiga bagi Thailand, mencakup 10 persen dari produk domestik bruto (PDB). Setiap tahun, produksi mobil mencapai 2,5 juta unit sehingga dijuluki "Detroit dari Timur".

Prinsipal Jepang terus berinvestasi di Thailand dalam beberapa dekade terakhir dan mengandalkan negara ini sebagai basis ekspor. Bahkan menguasai 80 persen pasar mobil di Thailand, saat ini masih #1di Asia Tenggara.

Untuk jangka pendek, alternatif  relokasi produksi dari Thailand ke negara lain sulit dilakukan karena posisi negara ini cukup strategis dalam skema pemasaran global. 

Indonesia
Indonesia, dengan potensi populasi empat kali lebih besar dari Thailand, diprediksi akan merebut posisi sebagai pasar mobil terbesar di Asia Tenggara dalam beberapa tahun mendatang.Alternatif memilih Indonesia juga logis karena para produsen sudah punya fasilitas di negara ini  plus  upah buruh yang relatif rendah.

"Tidak seperti dulu, hanya mengandalkan Thailand. Toyota kini lebih membuka diri dan mengalihkan produksinya ke Indonesia dari semula ke Thailand," jelas Ryoichiro Inoue, Profesor Universitas Tokyo City sekaligus pengamat industri otomotif.

Misalnya, Toyota secara teoritis bisa dengan mudah memindahkan produksi kendaraan multigunanya MPV, dikembangkan sebagai model global dengan struktur dan komponen yang sama, dari Thailand ke Indonesia. Tapi, perpindahan seperti ini tidak bisa berlangsung dalam waktu singkat. Apalagi melihat besarnya investasi yang sudah dikeluarkan di Thailand.

Dalam waktu dekat, Thailand masih tetap menjadi basis manufaktur yang dominan. Penyebabnya, dukungan jaringan industri komponen yang kuat dan tenaga kerja yang ahli serta trampil. Sampai saat ini, prinsipal Jepang di luar Toyota mengatakan masih tetap fokus pada rencana investasi di Thailand.

"Tidak ada perubahan dari posisi kami di Thailand sebagai salah satu kunci manufaktur utama kami di luar negeri," tukas Misato Kobayashi, juru bicara Mazda.

Sementara itu, Nissan sedang merampungkan pabrik keduanya di Thailand dengan target produksi mulai akhir Maret 2014. Honda juga sudah mengumumkan investasi pendirian pabrik kedua dengan target operasi mulai 2015. Sedangkan Mazda sedang membangun pabrik transmisi di Thailand.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau