Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kaleidoskop Industri Otomotif 2011

Tsunami dan Rekor Tertinggi (Bagian 2)

Kompas.com - 29/12/2011, 10:34 WIB

 

Banjir Thailand
Rintangan terberat industri otomotif nasional tahun ini justru muncul dari negara tetangga Thailand. Saat situasi menuju ke stabilitas, banjir di negera tersebut dampak merembes ke industri otomotif Indonesia.  

Honda, Toyota, Nissan, Ford, Mazda yang berbasis di Thailand terpaksa menghentikan produksinya selama 2 bulan. Honda mengalami nasib  terburuk, dua pabriknya direndam banjir yang mengakibatkan semua fasilitas permesinan rusak total. Bahkan Daihatsu yang tak punya pabrik di Thailand, juga ikut merasakan dampak banjir Thailand karena pasokan komponen tertentu tidak kunjung datang.

November 2011 menjadi bukti seberapa besar dampak banjir Thailand yang dialami industri otomotif tanah air. Total pasar anjlok 20,3 persen dari 85.400 unit (Oktober) tinggal tersisa 68.000 unit saja. Semua mobil - kebanyakan sedan - yang diimpor utuh (CBU)  dari Thailand tak tersedia di pasar.

Sepeda motor juga tak bisa menghindari dampak ini. Honda, Yamaha, Suzuki dan Kawasaki ikut terpengaruh. Meski rata-rata kandungan lokal mereka sudah tinggi, tetap ada komponen yang dipasok dari negeri gajah putih, sehingga mempengaruhi produksi. Tapi, dampak ini tak terlalu terlihat di pasar karena stok industri sepeda motor Indonesia masih tinggi, sehingga permintaan pasar masih bisa dipenuhi.

2012
Dengan bekal 890.000 unit mobil dan 8,2 juta unit sepeda motor pada 2011, pasar domestik Indonesia siap melangkah lebih maju lagi tahun depan. Kendati demikian, rintangan juga siap menjegal. Setidaknya ada tiga ancaman utama yang perlu diwaspadai yang bisa memutar balikan situasi 180 derajat. 

Pertama dan paling mengkhawatirkan pelaku industri adalah krisis hutang Eropa dan AS. Dampak terberat akan dialami tahun depan dan diprediksi Indonesia bisa terkena dampak. Buktinya sudah mulai terlihat di tahun ini: lembaga pembiayaan mulai hati-hati memilih kredit ke masyarakat dengan menaikkan uang pangkal pembelian kendaraan 20-30 persen. 

"Kalau sampai kredit terganggu, otomatis penjualan kendaraan baru turun. Itu sudah pasti! Langkah Bank Indonesia menahan laju suku bunga acuan (BI rate) berdampak positif tahun ini. Mudah-mudahan bisa dipertahankan tahun depan," beber Jodjana Jody, Chief Executive Officer Auto200. Sebenarnya Indonesia bisa bertahan. Pasalnya, pasar domestik masih terus tumbuh.  

Ancaman kedua, dari dalam negeri, yaitu  kebijakkan pemerintah membatasi konsumsi bahan bakar bersubsidi (premium dan solar) yang rencananya mulai berlaku mutlak, April 2012. "Biasanya ada shock sejenak di pasar. Dalam satu atau dua bulan biasanya kembali normal. Hal ini  terkait dengan penyesuaian pengeluaran saja," jelas Amelia Tjandra, Direktur Pemasaran ADM. 

Ancaman ketiga dan berlaku di kota-kota besar Indonesia adalah kemacetan jalan yang tak kunjung berakhir. Lemahnya penegakkan hukum di jalan, manajemen lalu lintas, minimnya infrastruktur (jalan) dan sarana transportasi massal, membuat situasi semakin parah. Bukan tidak mungkin, warga kota besar yang kesal pada kemacetan akan mendukung kebijakkan apapun untuk mengurangi penjualan mobil baru. 

Pemerintah daerah menghadapi  dilema. Kendaraan baru yang ikut menyumbang pendapatan dari pajak, di lain hal memperparah kemacetan lalu lintas dan pemborosan BBM.

Sementara itu, sebagian pelaku industri otomotif memprediksi, pasar tahun depan akan terus tumbuh. Penjualan mobil baru ditaksir bisa mencapai 950.000 unit dan sepeda motor hingga 8,7 juta unit.  

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com