Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kekaguman BMW Turun-temurun

Kompas.com - 01/05/2010, 14:30 WIB

Oleh Dwi bayu Radius

Nyaman dikendarai, stabil, dan bertenaga. Itulah yang menjadi pertimbangan Muhammad Alhilal Rachmat (30) menyukai BMW. "Sudah sejak umur 14 tahun, waktu kelas II SMP. Saya jatuh hati pada pandangan pertama," ujarnya.

Mobil BMW pertama yang membuatnya tergila-gila adalah seri 318i E36 M40. Orangtua Alhilal juga penggemar mobil Eropa itu. Beberapa kendaraan roda empat buatan Jerman tersebut sempat mengisi garasi rumahnya di daerah Margacinta, membuat Alhilal terkesan.

"Saya suka handling BMW yang tak terasa riskan melaju di tikungan. Tidak oleng, justru stabil. Ketangguhan BMW saya buktikan pada Desember 2009," katanya.

Saat itu hujan begitu lebat sehingga merendam electronic computer unit (ECU). Mobil seri 528i E39 M52B28 buatan tahun 1997 itu pun mogok di daerah Margahayu. Air yang seharusnya keluar menggenang di bagian sebelah kiri mesin.

"Mobil itu memang dijalankan dengan komputerisasi. Jadi, waktu ECU mati, ya mogok. Akhirnya harus diderek sampai rumah sekitar 3 kilometer," katanya.

Akan tetapi, tutur karyawan swasta perusahaan minyak dan gas itu, saat mobil dibawa ke bengkel, ternyata tidak ada komponen yang rusak. Hanya dengan mengeringkan ECU dan melakukan setting ulang, kondisi mobil berwarna perak itu sudah normal.

Badullah Syarief (42) pun mengagumi BMW sejak kecil. Mobil seri 520 sudah bertengger tahun 1974 di rumah warga Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, itu. Kini BMW Syarief, yakni seri E36 dan E30, masing-masing buatan tahun 1995 dan 1990.

Sudah sejak 15 tahun lalu Syarief ingin memiliki BMW E36, tetapi harapan itu baru tercapai pada 2005. Mobil itu dibeli seharga Rp 60 juta. "Sementara BMW E30 dibeli tahun 2008 seharga Rp 42 juta. Sejak kecil sudah muncul perasaan senang dengan BMW," ujarnya.

Meski mobilnya termasuk cukup lama, pengelola toko telepon seluler di Bandung Electronic Center itu mengaku bangga bila mengendarai BMW. Ia kerap memperoleh pelayanan yang lebih baik dibandingkan dengan pemilik mobil lain jika pergi ke mal, rumah makan, atau acara besar. Padahal, banyak mobil yang lebih baru, tetapi petugas parkir umumnya memandang lebih tinggi terhadap BMW.

"Kalau parkir di mal, lebih gampang. Saya pernah cari parkir di restoran, ada lahan kosong. Mobil lain di depan disuruh lewat, tapi saya malah dikasih masuk," paparnya.

Ketua BMW Car Club of Indonesia (BMWCCI) Bandung Chapter Yefrizal menuturkan, jumlah anggota komunitasnya terus bertambah. Sejak BMWCCI Bandung Chapter dibentuk pada 22 Januari 2004, anggotanya melonjak dari semula 15 orang menjadi sekitar 300 orang selama empat tahun terakhir.

"Jumlah itu nyaris separuh populasi BMW di Bandung, sekitar 700 unit. Peningkatan menunjukkan minat masyarakat yang kian tinggi terhadap BMW," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com