Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banjir, Pilih Terjang atau Bertahan?

Kompas.com - 13/01/2014, 17:53 WIB
Agung Kurniawan

Penulis

Jakarta, KompasOtomotif - Nekat menerjang banjir pasti ada risiko. Tetapi, dorongan untuk cepat pulang dan berkumpul dengan keluarga membuat akal sehat terkadang suka dilupakan.

Nah, daripada mengambil langkah salah, dan berujung kerusakan pada mobil, lebih baik ikuti beberapa hal berkut ini. Yuta Obed, Manajer Servis Auto2000 Permata Hijau, Jakarta Selatan kepada KompasOtomotif menjelaskan beberapa pengecekan yang harus dilakukan sebelum "memaksa" mobil menerjang banjir.

1. Ketahui batas ketinggian maksimum genangan air yang akan dilalui, dan bandingkan dengan posisi aktual ketinggian saringan udara kendaraan Anda (rata-rata: sedan ±70cm, non sedan ±85cm). Paling mudah, batas aman maksimum level ketinggian air yang dapat dilalui adalah setengah dari diameter roda kendaraan. Jika lebih tinggi, disarankan untuk mencari alternatif jalan lain.

2. Jangan mengambil jalur jalan terlalu ke tepi, karena roda beresiko untuk masuk ke lubang atau selokan yang tertutup air.

3. Hindari banjir dengan kondisi aliran deras karena berisiko membuat kendaraan terbawa arus.

4. Kendalikan mobil ketika berkendara, kecepatan stabil dan konstan serta dalam posisi gigi rendah. Jika dipaksa dengan kecepatan tinggi, berisiko menimbulkan ombak atau riak air yang justru bisa masuk ke ruang bakar melalui saluran filter udara.

5. Mobil yang melaju di genangan dengan kecepatan tinggi juga berisiko merusak komponen di bagian depan kendaraan yang terbuat dari plastik, seperti bemper, lampu kabut, gril, kipas radiator, dan lain-lain.

6. Hindari jalan yang tertutup tanah/lumpur sisa banjir, karena jalanan akan menjadi licin.

7. Terus pantau berita terkini soal lokasi-lokasi yang banjir. Lebih baik jalan agak jauh tapi sampai selamat, ketimbang berisiko besar.

Water Hammer
Jika saat menerjang banjir mesin kendaraan tiba-tiba mati, jangan coba untuk menyalakan kembali. Hal ini beresiko menimbulkan kerusakan yang lebih parah pada komponen mesin, menimbulkan efek water hammer atau kondisi short circuit pada komponen kelistrikkan. Jika memungkinkan, sangat disarankan untuk segera keluar dari banjir menggunakan derek.

Water hammer menjadi momok kendaraan bermotor jika terjebak banjir. Konsepnya, sifat air tidak bisa dimampatkan seperti layaknya udara. Jadi kondisinya, air masuk ke ruang bakar melalui saringan udara. Ketika piston naik ke atas tidak sanggup memampatkan air, sehingga mengakibatkan stang piston bengkok, dan menghantam blok mesin hingga pecah.

Kalau sudah seperti ini, satu-satunya jalan memperbaikinya adalah dengan turun mesin. Artinya, butuh biaya yang relatif cukup besar untuk memperbaiki kerusakkan. Oleh karena itu yang paling aman adalah jangan memaksakan diri untuk menerjang banjir jika level ketinggian air sudah hampir mencapai ketinggian saringan udara.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau