JAKARTA, KOMPAS.com - Memiliki motor yang terus-menerus membutuhkan perbaikan tentu menjadi dilema bagi pemilik. Tak hanya membebani secara finansial, kondisi ini juga sering mengganggu kenyamanan berkendara.
Namun, apakah motor yang sering "minta jajan" benar-benar harus dilepas, ataukah masih ada cara untuk mempertahankannya dengan perawatan khusus?
Menurut Purnomo, pemilik bengkel Tamaro Motor di kawasan Jakarta Selatan, motor yang sering minta jajan sebenarnya masih bisa digunakan jika kerusakannya tidak terlalu fatal. Namun, ia menekankan pentingnya memahami akar permasalahan pada kendaraan.
"Kalau masalahnya hanya pada komponen seperti rantai, aki, atau oli, sebenarnya itu masih dalam batas wajar. Tapi kalau sudah menyentuh mesin utama, seperti piston atau kruk as, lebih baik pertimbangkan ulang karena biayanya bisa jauh lebih mahal," kata Purnomo kepada Kompas.com, Rabu (27/11/2024).
Baca juga: Cara Menilai Harga Pasaran Mobil Bekas Agar Tidak Tertipu
Purnomo menjelaskan, ada beberapa faktor yang membuat motor sering membutuhkan perbaikan. Salah satunya adalah usia kendaraan. Motor yang sudah berumur di atas lima tahun, apalagi digunakan untuk aktivitas berat, cenderung lebih sering mengalami kerusakan.
"Penggunaan sehari-hari yang kurang teratur, seperti sering membawa beban berat atau melewati jalan rusak, juga mempercepat kerusakan komponen," ujarnya.
Namun, ia juga menambahkan bahwa motor yang sering minta jajan tidak selalu berarti buruk. Menurutnya, dengan perawatan yang tepat dan penggunaan yang sesuai, motor tersebut masih bisa memiliki umur pakai yang panjang.
"Kalau pemiliknya rajin merawat, melakukan servis rutin, dan menggunakan spare part berkualitas, motor lama pun tetap bisa diandalkan. Yang penting, jangan sampai terlambat memperbaiki kerusakan kecil karena itu bisa merembet ke komponen lain," kata Purnomo.
Meski begitu, Purnomo menyarankan agar pemilik motor membuat perhitungan matang. Jika biaya perbaikan sudah mendekati atau bahkan melebihi nilai jual motor itu sendiri, mungkin saatnya untuk mempertimbangkan mengganti kendaraan dengan yang lebih baru.
Baca juga: Luhut Indikasikan Penerapan PPN 12 Persen Ditunda, Ini Alasannya
"Keputusan terakhir ada di tangan pemilik. Kalau motor tersebut punya nilai sentimental, ya silakan diperbaiki. Tapi kalau hitung-hitungannya rugi, lebih baik dijual dan beralih ke motor yang lebih ekonomis," kata Purnomo.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.