Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kesalahan Utama Sopir Truk Soal Teknik Pengereman di Jalan Menurun

Kompas.com - 15/11/2024, 15:41 WIB
Gilang Satria,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

 

CENGKARENG, KOMPAS.com - Kecelakaan besar yang melibatkan truk dan sejumlah mobil di Tol Cipularang Km 92 arah Jakarta baru-baru ini kembali menyoroti kompetensi pengemudi truk.

Kesalahan pengemudi, terutama kendaraan niaga besar seperti bus dan truk, menjadi perhatian serius dalam transportasi di Indonesia karena sering dianggap sebagai "biang keladi" kecelakaan.

Baca juga: Jorge Martin Prediksi Penentuan Gelar Juara Dunia Terjadi Minggu

Riki Gunawan, pengemudi di PT Yusen Logistics Indonesia, perusahaan pertama yang mengoperasikan truk listrik Mitsubishi Fuso eCanter, menjelaskan ada teknik tersendiri saat mengemudikan truk di jalan menurun.

Kemenhub tinjau lokasi kejadian kecelakaan truk di Tol CipularangKEMENHUB Kemenhub tinjau lokasi kejadian kecelakaan truk di Tol Cipularang

"Sebetulnya rem blong itu banyak faktornya dari kami sebagai pengemudi truk," kata Riki yang sudah 10 tahun jadi pengemudi truk kepada Kompas.com, di Cengkareng, Banten, Rabu (13/11/2024).

Riki mengatakan, kesalahan pengemudi truk saat di turunan ialah hanya mengandalkan rem kaki tanpa dibantu rem angin. Kesalahan lainnya yaitu sudah mengerem sejak masih di atas.

"Saat menghadapi turunan, buat sopir yang baru bawa truk itu dari awal turunan sudah menggunakan rem secara penuh tanpa dibantu rem angin. Padahal rem angin berfungsi bahwa dia akan menahan," katanya.

Baca juga: Sadar Akan Risiko Membeli Motor Bekas dengan Mesin Modifikasi

 Riki Gunawan, pengemudi PT Yusen Logistics Indonesia, perusahaan pertama yang mengoperasikan truk listrik Mitsubishi Fuso eCanter sebagai kendaraan operasional.KOMPAS.com/Gilang Riki Gunawan, pengemudi PT Yusen Logistics Indonesia, perusahaan pertama yang mengoperasikan truk listrik Mitsubishi Fuso eCanter sebagai kendaraan operasional.

"Aplikasi rem angin dengan cara ditarik dan membantu rem yang diinjak. Kalau yang kemampuan bawa mobilnya kurang, bisa kemungkinan dari atas dia sudah mengerem terus," kata Riki.

Menurut Riki, faktor lain yang menyebabkan "truk nyelonong" adalah truk yang membawa beban berlebih sehingga rem tidak mampu mengendalikan kecepatan.

Riki menambahkan, dampak dari beban berlebih atau Over Dimension Over Loading (ODOL) akan semakin parah jika truk tidak sesuai spesifikasi.

Baca juga: Ketahui Tanda-tanda Awal Mesin Mobil Mau Overheat untuk Antisipasi

Kemenhub tinjau lokasi kejadian kecelakaan truk di Tol CipularangKEMENHUB Kemenhub tinjau lokasi kejadian kecelakaan truk di Tol Cipularang

"Kemudian juga barang bawaan berat dia ngerem dari atas barangnya mendorong ke depan karena porsinya tidak sesuai. Misalnya muatannya itu harusnya pakai kontainer tapi pakai bak terbuka," ujarnya.

Intinya kata Riki, pengemudi tidak bisa hanya mengandalkan rem kaki untuk melakukan perlambatan kecepatan.

"Kalau turunan panjang itu kita tidak bisa langsung mengerem dari atas, tetap harus dibantu dengan rem angin. Sebab posisi rem itu kalau dari atas panas, kalau sudah panas bisa ngelos," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau