JAKARTA, KOMPAS.com - Membenahi angkutan umum di satu kota memang bukan proses yang instan. Padahal, salah satu solusi buat mengurangi jumlah kendaraan pribadi di jalan adalah dengan menyediakan transportasi yang memadai.
Djoko Setijowarno, Wakil Ketua Pemberdayan dan Pengembangan Wilayah Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat, mengatakan, tidak mudah membenahi angkutan umum di Indonesia yang sudah lama dibiarkan tidak berkembang.
"Contoh di Semarang, Bus Trans Semarang butuh waktu lima tahun. Bus Trans Jateng butuh delapan tahun dilakukan kajian. Pendekatan ke operator yang sudah ada memerlukan waktu diskusi yang lama," kata Djoko dalam siaran resmi, Senin (8/7/2024).
Baca juga: PO Rapi Rilis Bus Baru Pakai Tameng Pelindung
Sekarang ada layanan Buy The Service (BTS) di berbagai kota, dirintis sejak 2017 dan baru efektif beroperasi di 2020. Prosesnya lagi-lagi tidak instan dan sampai saat ini masih dilakukan penyempurnaan.
"Mewujudkan angkutan umum yang humanis, masalah sosial lebih mengemuka. Seperti melibatkan operator yang sudah ada, serta kemauan politik para kepala daerah," kata Djoko.
Menurut Djoko, layanan angkutan umum tidak bisa berdiri sendiri sehingga harus didukung dengan edukasi, teladan, dan insentif sehingga membuat adanya keberlanjutan.
Baca juga: Hasil Klasemen Pebalap MotoGP 2024: Bagnaia Gusur Martin dari Puncak
"Ada tiga faktor untuk edukasi angkutan umum, yakni dukungan komunitas, komunikasi media, dan dukungan pemerintah. Jangan serahkan semua edukasi ke pemerintah karena pasti tidak jalan, peran serta masyarakat jauh lebih penting," kata Djoko.
Masyarakat yang ketergantungan dengan kendaraan pribadi sangat berpotensi mengurangi jumlah angkutan umum yang beroperasi. Jadi, kalau diandalkan, tentu transportasi umum bisa kembali digunakan dan banyak.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.