JAKARTA, KOMPAS.com - BMW Astra mengatakan bahwa saat ini masih belum melakukan penyesuaian harga terhadap seluruh produk yang ditawarkan ke pasar dalam negeri meski nilai tukar rupiah terhadap dollar AS mengalami pelemahan.
Dijelaskan Sanfrantis Tanu, Chief Executive BMW Astra, perseroan masih melihat perkembangan situasi global untuk menentukan kebijakan ke depan.
"Sejauh ini masih belum ada penyesuaian harga karena kenaikan nilai tukar dollar AS maupun Euro terhadap rupiah. Sebab kami harus melihat situasinya permanen atau tidak," kata dia ditemui di Jakarta, Rabu (15/5/2024).
Baca juga: Ini Waktu yang Tepat untuk Ganti Minyak Rem Mobil
"Jika kita rasa masih bisa menahannya, tentu tidak dinaikkan," lanjutnya.
Keputusan itu pun dinilai cukup tepat karena ia mengklaim penjualan terbilang masih stabil. Meski demikian Sanfrantis Tanu mengakui pihaknya tak bisa menjamin bisa mempertahankan strategi itu dalam jangka panjang.
“Kami belum tahu bisa berapa lama. Apalagi kemarin Israel menyerang Palestina jadi perkembangannya terus berubah,” katanya.
Diketahui saat ini nilai tukar 1 Dollar AS terhadap Rupiah mencapai Rp 15.929. Sementara 1 Euro senilai Rp 17.318 per 16 Mei 2024. Kondisi tersebut menguat hingga 0,53 persen dari sebelumnya.
Meski begitu, Bank Indonesia (BI) telah resmi menaikkan suku bunga acuan atau BI Rate sebesar sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6,25 persen. Hal ini supaya tingkat inflasi tidak meninggi karena kondisi global.
Baca juga: Beda Rp 26 Jutaan, Ini Plus Minus Wuling Binguo EV dan Cloud EV
Kendati demikian, Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno menyebut kondisi ini akan membuat penundaan belanja kendaraan yang berlangsung sekitar 2-3 bulan lamanya.
"Kenaikan suku bunga BI sebenarnya tidak akan mempengaruhi debitur yang sudah berjalan karena bunga yang diterapkan fix. Mungkin akan berdampak ke calon debitur yang hendak melakukan pembelian karena ada sedikit kenaikan," kata dia dihubungi Kompas.com, Jumat (27/4/2024).
"Tapi yang perlu dicermati adalah nilai tukar dollar AS terhadap rupiah. Sebab, Indonesia masih merupakan negara importir. Jadi dalam situasi tersebut akan membuat konsumen melihat dan menunggu," lanjut Suwandi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.