JAKARTA, KOMPAS.com - PT Pertamina (Persero) akan mengganti bahan bakar minyak (BBM) RON 90 atau jenis Pertalite dengan kadar oktan lebih tinggi mulai tahun depan.
Nantinya, perusahaan akan menghadirkan BBM terbaru yaitu Pertamax Green 92, yang tujuannya untuk melanjutkan program Langit Biru tahap pertama. Sebelumnya hal serupa juga dilakukan kepada BBM RON 88 atau Premium dua tahun lalu.
Apabila Pertamina benar akan menghilangkan BBM oktan rendah, otomatis pemilik kendaraan harus menggunakan bensin dengan oktan tinggi. Padahal, tidak semua kendaraan memiliki kompresi yang cocok dengan oktan lebih tinggi dari Pertalite seperti Pertamax.
Misalkan saja mobil lawas yang selama ini menggunakan bahan bakar jenis Pertalite atau Premium juga harus beralih menggunakan Pertamax.
Pergantian jenis bahan bakar ini tentunya tidak serta merta bisa dilakukan jika memang kompresinya tidak sesuai dengan bahan bakar yang dipakai. Bukan tidak mungkin penggantian ini akan berdampak pada mesin atau pun keawetan komponen kendaraan.
Baca juga: Cara Merawat Mobil Cat Doff Supaya Tetap Awet
Lantas, bagaimana jika kendaraan lawas menggunakan bensin dengan oktan tinggi?
Widodo, pemilik bengkel AD Oya yang berlokasi di Jalan Sulaiman, Kebon Jeruk, Jakarta Barat mengatakan, mobil lawas sebetulnya sah-sah saja jika menggunakan bensin dengan oktan tinggi.
“Semakin tinggi oktan akan semakin enak mobil (dikendarainya), jadi tidak ada masalah, yang bermasalah itu justru kalau menggunakan oktan rendah,” ucap Dodo, kepada Kompas.com, Selasa (5/9/2023).
Menurut Dodo, meskipun mobil lawas memiliki kompresi yang rendah tidak akan berpengaruh pada mesin jika menggunakan bensin dengan nilai oktan yang tinggi.
“Ketika oktan semakin tinggi pembakarannya akan semakin bagus, jadi tidak menyisakan apa-apa (kerak karbon). (Pakai BBM oktan tinggi) yang bakar itu sama, bedanya di kompresi mesin saja, tetapi pada intinya tetap terbakar. Logikanya seperti itu saja,” kata Dodo.
Sementara itu Executive Coordinator Technical Service Division PT Astra Daihatsu Motor (ADM) Bambang Supriyadi mengatakan, pada dasarnya penggunaan oktan bahan bakar harus menyesuaikan dengan kondisi mesin, khususnya untuk rasio kompresinya.
“Sebagai contoh, rasio kompresi 1:10 ke atas paling efektif memakai RON di atas 90,” kata Bambang.
Baca juga: Adu Harga LCGC per September 2023, Siapa Paling Murah?
Tetapi kalaua mobil lawas yang notabene kompresinya masih rendah, dan dipaksa menenggak bensin dengan oktan tinggi, tentunya akan berdampak pada mesin. Efeknya akan ada sisa bahan bakar yang tidak terbakar kemudian mengendap dan jadi kerak karbon di ruang bakar.
Meski begitu, bukan berarti mobil lawas selamanya tidak bisa menggunakan BBM dengan oktan tinggi. Menurut Bambang, hal ini bisa diatasi dengan melakukan penyesuaian ulang kompresi kendaraan.
“Untuk meminimalisir bisa dilakukan setel ulang timing pengapian (menyesuaikan dengan BBM) dan menjaga kebersihan ruang bakar,” kata Bambang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.