Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Teknologi Konversi Air Jadi Bahan Bakar ‘Nikuba’ Bukan Barang Baru

Kompas.com - 05/07/2023, 13:02 WIB
Dio Dananjaya,
Aditya Maulana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Teknologi konversi air menjadi bahan bakar bernama Nikuba, tengah menjadi sorotan. Karena kabarnya alat tersebut mendapat perhatian dari produsen otomotif asal Italia.

Fakta mengenai alat Nikuba dan Aryanto Misel yang terbang ke Italia, untuk menghadiri pertemuan di Milan memang benar adanya.

Namun, perihal kontrak yang diberikan Ferrari, Lamborghini, atau Ducati, untuk bekerja sama menggunakan alat Nikuba masih belum mendapat konfirmasi.

Baca juga: Ketahui Tanda Rem Mobil Mulai Bermasalah

Ilustrasi motor Babinsa yang dimodifikasi dengan energi baru terbarukanDok. TNI AD Ilustrasi motor Babinsa yang dimodifikasi dengan energi baru terbarukan

Seperti diketahui, kabar ini pertama kali muncul lewat rilis resmi yang dipublikasi pada laman resmi TNI AD, pada Minggu (18/6/2023).

Ketika itu, ada perwakilan dari industri otomotif Eropa yang datang langsung ke Cirebon – tempat Nikuba dikembangkan, untuk melihat kinerja alat tersebut dan melakukan diskusi secara langsung.

Saat ini, teknologi Nikuba masih terus disempurnakan agar lebih efisien saat digunakan untuk kendaraan, dengan kemungkinan bisa menghemat 100 persen bahan bakar minyak.

Baca juga: Bawa Mobil Transmisi Matik Tidak Boleh Kasar

“Nikuba ini memiliki fungsi memisahkan antara hidrogen (H2) dan oksigen (O2) yang terkandung di dalam air (H2O),” ujar Aryanto, dalam keterangan tertulis, dilansir pada Selasa (4/7/2023).

“Hidrogen yang telah terpisah kemudian dialirkan ke dalam ruang pembakaran dari mesin kendaraan bermotor,” kata dia.

Menanggapi temuan teknologi ini, pengamat otomotif dan akademisi dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Yannes Martinus Pasaribu, mengatakan, proses konversi air menjadi hidrogen sebetulnya bukan barang baru.

Baca juga: Benarkah Teknologi Nikuba Bisa Mengubah Air Menjadi Bahan Bakar?

Bentuk Nikuba ciptaan Ariyanto Misel warga Kecamatan Lemahabang, Kabupaten Cirebon, Sabtu (14/5/2022).Tribunjabar.id Bentuk Nikuba ciptaan Ariyanto Misel warga Kecamatan Lemahabang, Kabupaten Cirebon, Sabtu (14/5/2022).

Menurutnya, elektrolisis yang dilakukan Aryanto adalah proses penguraian air (H2O) menjadi hidrogen (H2) dan oksigen (O2) dengan bantuan listrik.

“Prinsip dasar elektrolisis air untuk menghasilkan gas Hidrogen (H2) dan gas Oksigen (O2) secara teknis bisa dilakukan,” ujar Martinus, kepada Kompas.com (4/7/2023).

Meski begitu, Aryanto tidak menjelaskan mekanisme atau teknologi yang digunakan oleh Nikuba untuk mencapai tingkat efisiensi yang tinggi dalam penggunaan air sebagai bahan bakar.

Baca juga: Motor Listrik Yamaha E01 Mau Meluncur 2024

“Sebenarnya, tim peneliti dari School of Chemistry Monash University Australia pada tahun 2015 telah menemukan inovasi dalam mengubah air menjadi hidrogen melalui proses elektrofotokatalisis yang terinspirasi dari tumbuhan mengubah air menjadi oksigen,” ucap Martinus.

Martinus menjelaskan, para peneliti dari Australia itu menggunakan katalis berbasis logam mangan (Mn) yang memiliki struktur molekul mirip dengan mineral mangan birnessite.

“Dalam proses ini, tingkat oksidasi ion mangan (II) dan mangan (IV) digunakan untuk mengoksidasi air menjadi hidrogen dan oksigen dengan voltase listrik yang relatif rendah jika dibandingkan dengan elektrolisis langsung air menggunakan elektroda inert,” kata dia.

Baca juga: TVS Ronin Tertangkap Kamera Sedang Dites, Siap Meluncur Minggu Ini

Mobil balap Toyota bermesin GR Yaris yang menggunakan bahan bakar hidrogen cairDok. Carscoops.com Mobil balap Toyota bermesin GR Yaris yang menggunakan bahan bakar hidrogen cair

Sementara itu, penggunaan hidrogen sebagai bahan bakar juga telah mulai dipakai sejumlah merek otomotif dunia. Meski begitu, penggunannya masih terbatas lantaran tingginya biaya pengembangan teknologi tersebut.

“Biaya produksi hidrogen saat ini masih dianggap relatif mahal dan belum dapat bersaing dengan sumber energi lainnya secara ekonomis,” kata Martinus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau