JAKARTA, KOMPAS.com - Vietnam merupakan salah satu negara di kawasan Asia Tenggara yang sangat agresif untuk menuju era elektrifikasi lewat produksi dan penggunaan kendaraan bermotor listrik berbasis baterai.
Bahkan, saat ini mereka sudah punya mobil listrik murni alias battery electric vehicle (BEV) nasional yang dikembangkan oleh perusahaan real estate terbesar di Vietnam, Vingroup dengan merek Vinfast.
Bukan hanya jago kandang, usai membangun pabrik di Haiphong, Vietnam pada 2017, perseroan mulai mengembangkan sayap ke Amerika Serikat melalui pembangunan pabrik di Carolina Utara yang direncanakan mulai beroperasi 2024.
Baca juga: Toyota Bicara Peluang Usai Turun Insentif Kendaraan Listrik
Mengenai hal tersebut, Presiden Direktur Toyota Astra Motor (TAM) Hiroyuki Ueda, yang sempat jadi pucuk pimpinan di Toyota Motor Vietnam selama 2020-2023 pun mengakui agresivitas Vietnam untuk menuju era elektrifikasi.
Hanya saja apabila berbicara penjualan mobil listrik, selama dirinya berada di sana, masih sangat menantang. Pasalnya, kata dia, BEV membutuhkan banyak pembangunan infrastruktur pendukung, tidak hanya soal produksi saja.
"Yang saya lihat, permintaan terhadap kendaraan listrik di sana masih dalam tahap perkembangan, ya. Tidak terlalu cepat akselerasi (penjualan)-nya, karena charging station yang tersedia belum cukup," kata Ueda saat ditemui di sela-sela peluncuran All New Agya di Jakarta, Senin (13/2/2023).
"Memang benar BEV jadi salah satu cara untuk mencapai carbon neutral. Tetapi itu butuh tahapan lebih jauh, menurut saya," lanjut dia.
Baca juga: Kendaraan Hilang di Area Parkir Resmi, Konsumen Bisa Tuntut Ganti Rugi
Belum lagi, pembeli mobil di Vietnam hampir 70-80 persennya merupakan first time buyer. Sehingga, apabila mobil tidak benar-benar terjangkau maka cukup sulit agar bisa populer.
Kondisi serupa juga dikatakan cukup mirip dengan pasar Indonesia. Walau memang diakui peminatnya cukup banyak dan terus bertumbuh setiap tahun.
Oleh karenanya, Toyota di Vietnam pada masa jabatannya, mulai memperkenalkan mobil hybrid sebagai langkah atau solusi awal untuk kendaraan masa depan yang berbasis listrik. Sebab harga dan kebutuhan fasilitas pendukungnya lebih rendah.
"Jadi meskipun mereka (Vietnam) punya beberapa jenis produk BEV, namun saat ini baru beberapa orang saja yang bisa membelinya. Mayoritasnya, masih sulit untuk mencapai hal tersebut," ucap Ueda.
Baca juga: Dijual Rp 1,190 Miliar, Toyota Sebut Beli bZ4X Masih Inden Panjang
"Tetapi dalam near future, menurut saya BEV (di Vietnam) bisa mendominasi 50 persen sampai 70 persen. Meski ada sistem perpajakan, growing spirit mereka sangat tinggi. Lihat saja pasca-Covid-19, dalam satu tahun penjualan bisa naik 33 persen (404.635 unit dari 304.149 unit)," kata dia.
Sayangnya dalam kesempatan tersebut, Ueda masih enggan untuk berpendapat mengenai perkembangan industri kendaraan listrik di Indonesia. Tapi satu hal yang dapat ia garis bawahi, yaitu kesiapan industri pendukung termasuk supply chain dan ekspor.
"Saya masih baru di sini, masih banyak aspek yang harus saya studi serta pelajari. Hal yang pertama kali saya lakukan dalam waktu dekat, mungkin berkunjung ke tiap pulau di Indonesia untuk melihat kondisi pasar langsung," kata Ueda.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.