Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belajar dari Kasus Mobil Diamuk Massa di Bandung, Ini Bahaya Konsumsi Obat Saat Mengemudi

Kompas.com - 06/03/2022, 08:21 WIB
Aprida Mega Nanda,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Beredar di media sosial sebuah tayangan yang memperlihatkan satu unit mobil Toyota Kijang berwarna hitam, menjadi sasaran amuk massa di kawasan Rancamalang, Kecamatan Margaasih, Kabupaten Bandung pada Jumat, (4/3/2022)

Video pengrusakan mobil itu diunggah oleh salah satu akun Instagram bernama @anderli_48. Dalam rekaman tersebut, tampak mobil dikerubungi warga yang meminta sopir untuk keluar, lantaran diduga melakukan tabrak lari.

Diketahui mobil Kijang tersebut melaju dengan kecepatan tinggi. Karena lalai dan tidak berhati-hati sopir kemudian bertabrakan dengan angkot yang berada di depan kendaraan tersebut. Kelalaiannya itu juga mengakibatkan kios tertabrak beserta sejumlah pengendara lainnya.

Baca juga: Cara Hindari Pohon Tumbang Imbas Angin Kencang Saat Berkendara

Kapolresta Bandung Kombes Kusworo mengatakan, sebelum terjadi kecelakaan, pengendara sempat cekcok dengan sang istri sehingga menyebabkan yang bersangkutan emosi.

Karena emosi yang tak terkendali, Kusworo menyebut pengendara mengonsumsi obat penenang jenis Merlopam.

“Jadi paginya sebelum kecelakaan memang yang bersangkutan sedang ribut bertengkar dengan istrinya. Mungkin yang bersangkutan dalam kondisi emosi yang tidak stabil, dan mengonsumsi obat penenang. Sehingga mengakibatkan kecelakaan itu,” ucap Kusworo, dikutip dari Regional Kompas.com, Sabtu (5/3/2022).

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Andre Li (@andreli_48)

Terkait hal ini, Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI) Sony Susmana menegaskan, orang yang sedang dalam pengaruh obat tidak diperkenankan mengemudi.

“Meminum obat membuat fisik lemas, apalagi obat penenang yang bisa bikin efek nge-fly. Artinya, si pengemudi tidak dalam kontrol kesadaran 100 persen,” ucap Sony saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (5/3/2022).

Sony melanjutkan, penyakit darah tinggi itu identik dengan emosi karena kepala rasanya pening dan badan tidak prima, pemicu salah satunya adalah akibat konflik.

“Jadi setelah minum obat lebih baik istirahat, daripada gambling di jalan raya,” ucapnya.

Sementara itu, dilansir dari laman Alcohol and Drug Foundation Australia (ADF), obat-obatan dalam dosis rendah sekalipun dapat secara signifikan mengurangi kemampuan berkendara seseorang.

Ilustrasi mengemudi.Agung Kurniawan Ilustrasi mengemudi.

Baca juga: Seperti Ini Wujud Bus Tingkat PO Lorena di Karoseri Laksana

Ketika mengonsumsi obat-obatan dengan resep, baik legal maupun ilegal, perlu berhati-hati dengan potensi risikonya ketika dibawa berkendara.

Sebab, kemungkinan kamu akan merasa kantuk, agresif, pusing, mual, bahkan gemetar sehingga berbahaya jika tetap berkendara karena kondisi tersebut akan memengaruhi pandangan.

Efek obat-obatan berbeda pada setiap orangnya. Beberapa faktor antara lain ukuran, berat badan dan kondisi kesehatan, kebiasaan konsumsi obat-obatan, serta apakah ada kombinasi dengan obat lain.

Faktor-faktor tersebutlah yang memengaruhi tingkat keamanan seseorang dalam berkendara.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com