Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masyarakat Belum Percaya Transportasi Umum

Kompas.com - 06/11/2021, 15:22 WIB
Ruly Kurniawan,
Aditya Maulana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Penggunaan transportasi umum untuk aktivitas sehari-hari masih menjadi aspek yang patut diperhatikan. Pasalnya, sampai saat ini masyarakat di Tanah Air masih ragu menggunakannya.

Hal tersebut kemudian menjadi alasan mengapa jalanan Ibu Kota kerap padat dan macet meski dalam masa Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dan ada ganjil genap.

"Secara teori, lalu lintas di DKI harusnya bisa lebih lengang, terlebih ketika perkantoran belum 100 persen," kata Direktur Lalu Lintas Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ), Sigit Irfansyah, Jumat (5/11/2021).

Baca juga: Lakukan Ini jika Mengalami Salah Sasaran Tilang Elektronik

Wajah baru kawasan Stasiun Tebet, Jakarta setelah ditata ulang, Kamis (14/10/2021). Penataan kawasan Stasiun Tebet terintegrasi dengan mode transportasi di Jabodetabek untuk mempermudah masyarakat dalam mengakses transportasi umum.KOMPAS.com / KRISTIANTO PURNOMO Wajah baru kawasan Stasiun Tebet, Jakarta setelah ditata ulang, Kamis (14/10/2021). Penataan kawasan Stasiun Tebet terintegrasi dengan mode transportasi di Jabodetabek untuk mempermudah masyarakat dalam mengakses transportasi umum.

Lebih jauh, kata dia, asumsi itu diambil menurut jumlah data penumpang transportasi umum yang masih merosot selama pandemi Covid-19.

Sebelum pandemi Covid-19, katanya, KRL bisa mengangkut penumpang hampir dua juta orang setiap harinya. Bahkan, Transjakarta, pernah hampir mencapai satu juta orang dalam sehari.

"Sekarang berapa? belum pulih, belum ke indeks 1,2 juta bahkan. Jadi dari kapasitas masih dibatasi, cuman 70 persenan," tuturnya.

Adapun selama penerapan ganjil genap, peralihan ke transportasi umum pun belum maksimal. Sebab, masyarakat lebih memilih menggunakan sepeda motor untuk aktivitas hariannya.

Sementara itu, Advokat Publik dan Praktisi Hukum Perlindungan Konsumen David Tobing, menyebut, ada pemikiran yang muncul pada para konsumen menyoal transportasi massal.

Menurut dia, para konsumen jasa transportasi umum dan lainnya, punya hak soal keselamatan, kenyamanan dan keamanan.

Baca juga: Tertangkap Pakai Pelat Nomor Palsu Bisa Dipenjara 6 Tahun

Halte Senen TransjakartaDok Transjakarta Halte Senen Transjakarta

"Gage ini apa dampaknya kemungkinan mengurangi kemacetan atau malah menimbulkan permasalahan baru?" jelas David.

Dalam kurun waktu 1-3 November 2021, dirinya juga mengaku membuat survei daring untuk mengetahui pola dan perilaku konsumen transportasi. Menurut dia, dari 101 responden yang 60,4 persennya sarjana, mengaku setuju adanya ganjil genap.

"Tapi mereka ingin ada alternatif yang bisa melewati gage itu bertambah, contohnya taksi daring," kata dia.

Dalam survei itu pula, katanya, banyak masyarakat yang masih khawatir terhadap transportasi umum seperti KRL, Transjakarta, angkot hingga Jaklingko. Utamanya, karena kekhawatiran terkontaminasi virus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau