Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

4 Kesalahan yang Bisa Bikin Celaka saat Bawa Anak Kecil Naik Motor

Kompas.com - 08/01/2020, 16:24 WIB
Gilang Satria,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Tidak dipungkiri sepeda motor merupakan alat transportasi paling populer saat ini. Sehingga tak jarang pengendara membonceng anak kecil atau balita menggunakan motor.

Training Director Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu, mengatakan, menurut aturan motorcycle safety standard, ada beberapa kesalahan yang dilakukan pengendara motor.

"Kesadaran mengenai keselamatan merupakan hal nomor satu. Untuk itu orang tua harus mengetahui risiko yang mungkin terjadi ketika membonceng anak dengan sepeda motor," kata Jusri kepada Kompas.com, Rabu (8/1/2020).

Baca juga: Ladies, Ini Bahayanya Boncengan Duduk Menyamping

Pemudik motor terjebak macet di jalur alternatif Karawang-Cikampek, Cilamaya, Karawang, Jawa Barat, Sabtu (27/7/2014). Arus mudik ke kota-kota di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur diperkirakan akan masih padat hingga H-1 Lebaran. KOMPAS IMAGES / RODERICK ADRIAN MOZES Pemudik motor terjebak macet di jalur alternatif Karawang-Cikampek, Cilamaya, Karawang, Jawa Barat, Sabtu (27/7/2014). Arus mudik ke kota-kota di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur diperkirakan akan masih padat hingga H-1 Lebaran.

1. Bonceng Anak di Depan

Tak jarang orang tua membonceng anak atau balita dengan sepeda motor di depan. Namun mulai sekarang sebaiknya hal itu dihindari sebab barbahaya untuk keselamatan sang anak.

Menempatkan anak kecil di jok depan sangat tidak dibenarkan dalam aspek keselamatan berlalu lintas.

"Kenapa tidak boleh ditaruh di depan, alasan pertama akan menggangu ruang gerak ketika pengendara sedang menyikapi ancaman yang terjadi dari depan," kata Jusri kepada Kompas.com, Rabu (8/1/2020).

2. Tidak Pakai Helm

Pelindung kepala alias helm merupakan hal mutlak dalam berkendara. Walaupun tidak menjamin seratus persen, helm dapat mengurangi risiko cedera kepala jika memang terjadi kecelakaan.

Saat ini mulai banyak helm untuk anak kecil atau balita. Merek dan harganya pun beragam, yang pasti sudah memenuhi kriteria SNI. Sehingga dari segi kualitas bisa dipertanggung jawabkan.

"Harus dimengerti banyak nyawa yang bisa selamat hanyadengan memakai helm. Jika untuk orang dewasa saja sangat penting, hal sama bahkan lebih dibutuhkan untuk abak balita yang dibonceng," kaa Jusri.

Baca juga: Di Thailand, Marquez Narik Bajaj dan Bonceng Nmax

Pemudik motor terjebak macet di jalur alternatif Karawang-Cikampek, Cilamaya, Karawang, Jawa Barat, Sabtu (27/7/2014). Arus mudik ke kota-kota di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur diperkirakan akan masih padat hingga H-1 Lebaran. KOMPAS IMAGES / RODERICK ADRIAN MOZES Pemudik motor terjebak macet di jalur alternatif Karawang-Cikampek, Cilamaya, Karawang, Jawa Barat, Sabtu (27/7/2014). Arus mudik ke kota-kota di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur diperkirakan akan masih padat hingga H-1 Lebaran.

3. Berdiri di Jok Belakang

Sepeda motor merupakan alat transporasi paling favorit saat ini. Tak jarang buat yang memiliki balita di taruh di tengah antara pengendara dan pembonceng dalam keadaan berdiri.

Hal ini cukup banyak ditemui di jalan. Alasannya dengan berdiri membuat ruang duduk atau jok lebih lega dan anak lebih aman karena berada di tengah. Padahal itu sangat berbahaya untuk sang anak.

"Meski sang anak berada di tengah tapi dengan kondisi itu tetap berbahaya. Sang anak tidak terlindungi dan risiko terlempar jika terjadi sesuatu di depan sangat mungkin," kata Jusri.

4. Pakai Jok Tambahan di Depan (Biasanya Skutik)

Pada dasarnya aturan membonceng yang benar hanya satu orang. Namun sulit dipungkiri hal ini masih jauh dari kata ideal sebab berhubungan dengan daya beli dan tingkat sosial ekonomi.

Untuk skutik yang memiliki dek cukup luas, tak sedikit yang kemudian melakukan modifikasi dengan membuat tempat duduk untuk anak kecil di bagian depan. Hal ini dianggap lebih nyaman sebab sang anak bisa duduk.

Meski demikian, pada dasarnya membuat tempat duduk tambahan di depan juga tidak dibenarkan. Sebabnya pun sama dengan membonceng anak yang berada di depan.

Selain membatasi ruang gerak pengendara, adanya anak kecil yang duduk di bagian depan juga membuat anak sebagai sasaran utama jika terjadi tabrakan. Sebab motor tidak punya daya absorbsi seperti mobil.

"Anak akan jadi yang pertama kena jika terjadi sesuatu misalkan tabrakan. Istilahnya sang anak akan jadi bantalan. Tentu saja hal ini sangat berbahaya untuk keselamatan sang anak," kata Jusri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau