JAKARTA, KOMPAS.com - Berdasarkan studi milik Bank Dunia, Indonesia dikatakan masih sulit untuk menjadi pemain global mobil listrik dalam 5 tahun mendatang. Sebab, belum menjadi bagian dari rantai pasok global.
Riset bertajuk 'Global Economic Risks and Implications for Indonesia' yang dipublikasikan pada September 2019 lalu oleh Bank Dunia ini menyebutkan, bahwa rantai pasok global sangat penting untuk bisa melancarkan peluru ekspor ke berbagai dunia, khususnya yang terintegrasi di beberapa negara.
Indonesia saat ini, belum memiliki kemampuan untuk itu. Sebab, impor bahan baku untuk memproduksi barang ekspor terlalu mahal, memakan waktu, dan diskresi non tarif yang terukur.
Baca juga: Indonesia Bisa Isi Pasar Otomotif Australia, Siapa yang Siap?
"Kedua, ekspor tidak kompetitif karena mayoritas input dikenakan tarif impor. Sebagai contoh, tarif 15 persen untuk ban, 10 persen untuk kabel igniters, serta 15 persen untuk baut," jelas riset tersebut.
Selanjutnya, Indonesia disebutkan tidak memiliki tenaga ahli yang cukup dalam bidang Production Engineer, Process Engineer, Design Engineer, Production Planning, dan Inventory Control and HR Manager.
Terakhir, pembatasan penanaman modal asing langsung atau Foreign Direct Investment (FDI) karena aturan Daftar Negatif Investasi (DNI) membuat biaya logistik dan listrik menjadi lebih tinggi serta mahal. Kedua hal itu membuat Indonesia belum bisa diandalkan dibanding negara lainnya.
Baca juga: Ekspor Mobil Buatan Indonesia ke Vietnam Mulai Menggeliat Lagi
Ditemui beberapa waktu lalu, Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan Ditjen ILMATE Kementerian Perindustrian, Putu Juli Ardika menyatakan bahwa tak semua simpulan dari studi itu benar.
Berdasarkan hasil kajian AT Kerney dalam peta jalan Making Indonesia 4.0 pada tahun 2030, Indonesia mampu menjadi salah satu pemain utama kendaraan listrik baik untuk domestik maupun ekspor, yang didukung kemajuan industri komponen yang berdaya saing global.
"Saat ini, industri otomotif nasional tengah berkembang dengan baik dengan rata-rata penjualannya tiap tahun mencapai 1,1 juta unit. Di samping itu, pangsa pasar ekspornya lebih dari 80 negara di dunia, termasuk 5 negara tujuan utama yaitu Filipina, Saudi Arabia, Jepang, Mexico, dan Vietnam," kata Putu di Jakarta.
"Ekspor kendaraan secara utuh ini mampu mencapai 400.000 unit dan diharapkan meningkat sampai 1 juta unit di 2025," katanya lagi.
Selain itu, guna mempercepat program kendaraan bermotor listrik, pemerintah telah menerbitkan dan mempersiapkan beberapa kebijakan strategis seperti Perpres 55/2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Jalan, PP 45/2019 tentang insentif super tax deduction, PMK 150/2018 tentang Pemberian Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan, sampai harmonisasi PP 41/2013 terkait PPnBM.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.