JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir berharap pada tahun 2022, Indonesia memiliki mobil listrik nasional.
Hal ini tidak mustahil sebab sumber daya manusia baik peneliti di perguruan tinggi maupun di lembaga riset sudah memiliki kemampuan untuk menghasilkan inovasi teknologi kendaraan listrik yang tak kalah dengan negara lain.
Salah satu contoh nyatanya ialah mobil listrik yang dikembangkan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), yang baru saja melakukan perjalanan sekitar 800 kilometer.
Sebelumnya, ITS juga sudah mengembangkan motor listrik yang saat ini sudah memasuki fase industri melalui merek dagang Gesits di bawah naungan PT Gesits Technologies Indo.
Baca juga: Kolaborasi 5 Perguruan Tinggi Ciptakan Mobil Listrik Nasional
"Motor listrik sudah selesai. Sekarang kita naik tingkat pada mobil dan diharapkan paling tidak di tahun 2022, kita sudah punya mobil listrik hasil karya Indonesia sendiri," katanya di Jakarta belum lama ini.
"Kita memiliki material yang sudah bisa dibuat di dalam negeri seperti alumunium, kita punya perusahaan Inalum. Mudah-mudahan baterai mobil listrik bisa diproduksi di tahun 2022 (lewat pabrik baterai di Morowali). Jadi sangat mungkin," ujar Nasir lagi.
Mobil listrik dari ITS ini direncanakan tidak akan dikelola oleh ATPM seperti Gesits. Namun, Nasir masih belum bisa mengatakannya secara pasti skema apa yang akan digunakan supaya mobil listrik buatan anak bangsa bisa dinikmati seluruh lapisan masyarakat.
Baca juga: Menristekdikti: Indonesia Siap Bersaing Produksi Kendaraan Listrik
"Bukan ATPM, kita sedang diskusikan bagaimana nanti produksi mobil ini," katanya.
Baca juga: Eksklusif, Perdana Jajal Pikap Esemka Bima [VIDEO]
Nasir mengatakan, pengembangan kendaraan listrik di Indonesia saat ini didukung oleh lima perguruan tinggi yang memiliki peran masing-masing, yaitu Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Gadjah Mada, Universitas Sebelas Maret dan ITS.
“Mudah-mudahan kendaraan listrik ini dapat maju melalui kolaborasi setiap perguruan tinggi yang ada, tidak lagi bersaing antara satu dengan yang lainnya,” ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.