Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Skema PPnBM Baru, Buka Peluang Ekspor Mobil Listrik ke Australia

Kompas.com - 13/03/2019, 12:22 WIB
Stanly Ravel,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS - Pemerintah melalui Kementerian Priundustrian (Kemenperin) siap memacu ekspor industri otomotif dengan skema Pajak Penjualan Brang Mewah (PPnBM) baru yang saat ini tengah di konsultasikan pada perlemen. Dengan skema tersebut, pajak kendaraan tak lagi dilihati dari kubukasi mesin, melainkan dari emisi yang dikeluarkan.

Semakin rendah emisi, makin murah tarif pajaknya. Selain itu, harmonisasi skema PPnBM juga memberikan intensif untuk kendaraan rendah emisi, termasuk kendaraan listrik baik yang hibrida maupun plug-in hybrid sehingga PPnBM menjadi nol persen.

Adanya skema ini dapat memacu produksi sehingga membuka peluang Indonesia untuk meningkatkan ekspor ke berbagai negara. Apalagi baru-baru ini Indonesia baru resmi mengandeng kerja sama dengan Australia melalui Perjanjian Kerja Sama Ekonomi Komprehensif Indonesia-Australia (IA-CEPA).

Baca juga: Tahun 2021, Pemerintah Terapkan Pajak Kendaraan Berbasis Emisi

Menurut Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartato, kerja sama tersebut memberikan peluang bagi Indonesua mengirimkan mobil listrik dan hybrid ke Australia dengan tarif preferensi nol persen. Karena melalui penandatanganan itu, 6.747 pos tarif barang asal Indonesia akan dibebaskan bea masuknya ke Australia.

"Dengan demikian, potensi pasar otomotif di Australia sebesar 1,1 juta sudah terbuka bagi produsen Indonesia,” kata Airlangga dalam keterangan resminya, Selasa (12/3/2019).

Lebih lanjut Airlangga mengatakan dalam 10 tahun terakhir, industri otomotif di Australia banyak yang tutup karena dianggap tidak menguntungkan. Untuk memenuhi kebutuhan kendaraan roda empat, selama ini Australia mengandalkan impor dari beberapa negara seperti Thailand, Jepang, China, dan India.

Mobil-mobil produksi PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia diparkir di dermaga Car Terminal,  Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (10/6/2015). Mobil-mobil ini akan diekspor ke sejumlah negara, antara lain di Timur Tengah.KOMPAS.com / RODERICK ADRIAN MOZES Mobil-mobil produksi PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia diparkir di dermaga Car Terminal, Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (10/6/2015). Mobil-mobil ini akan diekspor ke sejumlah negara, antara lain di Timur Tengah.
Melihat dari tipe permintaan mobil di negeri kanguru sendiri, jika digabung mobil penumpang dengan tipe sport utility vehicle (SUV), tiap tahunya bisa mencapai 70 persen dari total pasar di sana. Sejak lima tahun belakangan, volume pasar mobil tidak bergeser jauh, permintaan pasar tertinggi terjadi pada 2016, sebanyak 1,17 juta unit. Karakternya pun hampir serupa dengan Indonesia, dimana mobil penumpang mendominasi permintaan pasar Australia.

Baca juga: Fortuner Dominasi Ekspor Toyota 2018

Menurut Airlangga, saat ini pesaing industri otomotif Indonesia di ASEAN hanya Thailand. Dengan dibukanya CEPA dengan Australia, ditargetkan ekspor otomotif Indonesia bisa melewati Thailand. Berdasarkan kategori, ekspor Thailand kebanyakan adalah jenus pikap dan mobil dengan berat satu ton kemudian mobil penumpang SUV dan sedan. 

"Persentase ekspor Thailand 53 persen, Indonesia ekspornya 26 persen dan sebagai catatan Thailand sudah memiliki free trade agreement (FTA )dengan Australia, New Zealand, India Jepang, Peru, Chile. Sedangkan Indonesia yang sudah berjalan baru dengan Jepang, Pakistan, Chile, Eropa. Yang membedakan, ekspor terbesar kita adalah MPV seperti Kijang dan kelompoknya yang tujuh penumpang, SUV dan hatchback," ucap Airlangga.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau