Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Napak Tilas Perjalanan Isuzu Panther di Indonesia

Kompas.com - 25/01/2019, 16:09 WIB
Stanly Ravel,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Isuzu memulai debut penjualan Panther generasi pertama di Indonesia pada 1991. Pada eranya, mobil bergenre multi purpose vehicle (MPV) ini bukan hanya terkenal dengan daya angkut, tapi juga ketangguhan dan keiritan dari mesin diesel yang digunakannya.

Generasi awal Panther hadir mengusung mesin penenggak solar dengan kubikasi 2.238 cc 4 silinder OHV indirect injection. Megutip dari wikipedia.org, mobil yang pernah menjadi rival dari Toyota Kijang Innova dan Mitsubishi Kuda ini pertama kali dikembangkan di Jepang dengan kode AUV (Asia Utility Vehicle), tidak heran bila pasarnya juga ada di Filipina, India, dan Vietnam.

Sama dengan beragam kompetitornya, sejak pertama kali meluncur, Isuzu sudah memberikan beberapa pilihan tipe bagi mobil yang iklan komersialnya dulu terkenal dengan para calon konsumennya. Mulai dari Hi-Grade, Grand Deluxe, Total Assy (Deluxe), Standart, Bravo, sampai Miyabi.

Baca juga: Dilema Generasi Baru Isuzu Panther

Peremajaan Panther dilakukan pada 1996. Meski secara tampilan tak banyak berubah, namun Isuzu menaikan kapasitas mesin menjadi 2.500 cc dengan kode 4ja1 dan mengubah sistem bahan bakar menjadi direct injection.

Tak sampai disitu, Isuzu kembali meremajakan Panther saat memasuki tahun 2000. Ini menjadi momen Isuzu membenamkan mesin Turbo Diesel untuk Tipe Touring yang menjadi varian tertingginya. Bahkan pilihan transmisi otomatis pun mulai tersedia.

Isuzu Panther Grand Touringkompas.com Isuzu Panther Grand Touring
Di tahun 2000, Isuzu menawarkan Panther dengan delapan varian. Mulai dari Grand Touring, Touring, LS Hi-Grade, SS, LV, SV, LM (smart long), dan SM (smart short). Sementara pada 2005 menjadi momen terakhir Isuzu meremajakan Panther sampai dengan saat ini.

Baca juga: Bukan Euro IV yang Dikhawatirkan Isuzu Buat Keberlanjutan Panther

Perubahan yang dilakukan berupa pembenahan pada beberapa sekotr tampilan, seperti gril, desain lampu utama, serta interior. Pada periode tersebut juga Isuzu meluncurkan versi Grand Touring dan LV Adventure.

Bahkan perangkat turbo juga ikut disematkan pada semua varian untuk memenuhi standar Euro II. Selebihnya, hingga 2013, Isuzu hanya memberikan sentuhan ringgan yang diklaim sebagai facelift.

Kepastian Masa Depan

Isuzu mengklaim masih menanti titik terang kelanjutan Panther di Indonesia dari pihak prinsipal. Bisa dibilang kondisinya tanpa kejelasan, sementara usianya hanya tingga dua tahun lagi sebelum regulasi Euro IV resmi diberlakukan untuk mobil diesel.

Seperti diketahui, Panther masih menggunakan spesifikasi lama. Agar bisa terus eksis, otomatis Isuzu tidak bisa hanya mengandalakan perubahan tampilan, tapi juga pembaruan dari sektor mesin yang sesuai dengan Euro IV.

Namun untuk melakukan hal tersebut, maka butuh investasi yang tidak sedikit, belum lagi melihat mulai merosotnya penjualan akibat ketatnya persaingan di segmen MPV.

Isuzu Panther Rajanya Diesel Isuzu Panther Rajanya Diesel

Baca juga: Ini Titik Akhir Perjalanan Isuzu Panther di Indonesia

Menurut General Manager Marketing Division PT Isuzu Astra Motor Indonesia (AIMI) Attias Asril, untuk membuat mesin baru dengan investasi yang besar akan berdampak pada harga Panther yang sangat tinggi, bahkan bisa melebih harga SUV. Karena pertimbangan tersebut, Isuzu akhirnya menunggu kepastian dari pihak prinsipal.

"Pasarnya hanya tinggal di Indonesia saja. Untuk penjualan jika terbentur Euro IV maka titik berhentinya di situ. Apakah suatu hari kita akan punya mesin yang ekonomis, ya kita lihat nanti," ucap Attias.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau