Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Ritual Lama yang Tak Perlu Dilakukan di Motor Modern

Kompas.com - 05/09/2018, 13:22 WIB
Alsadad Rudi,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Teknologi di dunia otomotif kini telah semakin berkembang, khususnya pada sepeda motor. Salah satu contohnya pada sistem pembakaran.

Bila dulu kita mengenal karburator, maka alat tersebut hampir tidak akan kita temukan lagi pada motor-motor keluaran terbaru. Sebab hampir semua motor modern sudah menggunakan sistem pembakaran injeksi.

Sistem injeksi bisa dibilang sudah lebih memudahkan pengendara. Sehingga seharusnya berdampak ke perbedaan cara memperlakukan motor. Namun tetap saja ada kebiasaan lama yang masih kerap dilakukan sebagian pengguna motor.

Baca juga: Kebiasaan Salah Pengguna Skutik yang Sering Dilakukan Tanpa Sadar

Alih-alih ingin awet, kebiasaan-kebiasaan ini justru bisa merusak motor. Mengutip keterangan dari beberapa kepala bengkel.

Berikut tiga ritual tersebut:

1. Memanaskan Motor dalam Waktu Lama

Pada masa lalu, memanaskan motor merupakan ritual yang harus dijalani sebelum berkendara. Khusus pagi hari, durasi waktunya bahkan bisa berlangsung relatif lama. Bahkan motor yang dalam kondisi mesin hidup acapkali ditinggal pemilik sambil melakukan aktivitas yang lain.

Untuk pengguna motor modern, kebiasaan tersebut sebaiknya dihilangkan. Kepala Bengkel Astra Motor Center Jakarta, Rendra Kusumah mengatakan, kebiasaan memanaskan motor di masa lalu bertujuan untuk memperlancar sirkulasi oli. Sebab mesin motor lama belum begitu canggih untuk bisa memproses sirkulasi oli secara cepat.

Menurut Rendra, motor modern boleh saja dipanaskan. Namun sebaiknya tidak lebih dari dua menit. Ritual memanaskan sebaiknya hanya dilakukan sebelum pengendara mulai menjalankan motor.

"Kalau motor sekarang dipanaskan lama-lama jadi kurang baik. Salah satunya bikin knalpot jadi cepat menguning," kata Rendra saat ditemui, Selasa (4/9/2018).

Memanaskan mesin motor injeksi, maksimal 1 menit.about.com Memanaskan mesin motor injeksi, maksimal 1 menit.


2. Mengengkol "Kick Starter" Berulang-ulang Sebelum Motor Dihidupkan

Kebiasaan yang kedua ini biasanya dilakukan apabila motor telah ditinggal dalam waktu lama tanpa pernah dihidupkan. Misalnya saat pengendara sudah kembali dari mudik.

Menurut Rendra, mengengkol "kick sterter" berulang-ulang tak perlu lagi dilakukan. Sebab proses sirkulasi oli pada mesin motor modern sudah berlangsung baik.

Bahkan apabila hanya ditinggal satu minggu, Rendra menyebut motor masih bisa langsung dihidupkan dengan "electric starter". Tak ada yang salah dengan tindakan ini.

Pengendara justru salah apabila mengengkol kick starter berulang-ulang. Sebab bisa menimbulkan gejala knalpot "nembak".

"Saya pernah menemukan banyak keluhan knalpot nembak. Setelah dicari tahu, ternyata pemilik sempat mengengkol sampai 10 kali sebelum dihidupkan. Karena ketika diengkol, ada bensin yang masuk tapi tidak terbakar. Jadi ketika menyala, knalpot nembak," ujar Rendra.

Ilustrasi kick starteryoutube.com Ilustrasi kick starter


3. Geber-geber Gas Saat Motor Dipanaskan

Masih berhubungan dengan ritual memanaskan motor. Kali ini tentang kebiasaan menggeber-geber gas.

Kepala Mekanik Bengkel AHASS Murni Pura Mas Depok, Syamsuddin mengatakan, memanaskan motor sambil menggeber gas merupakan kebiasaan yang dulu dilakukan saat sistem pembakaran masih menggunakan karburator. Kebiasaan ini seharusnya tidak perlu lagi dilakukan pada motor injeksi.

Menurut Syamsuddin, sistem injeksi merupakan hasil pengembangan teknologi yang berbeda dengan karburator. Pada sistem injeksi, kebutuhan bahan bakar untuk mesin diatur melalui engine control module (ECM).

Berbeda dengan karburator yang masih menggunakan capacitor discharge ignition (CDI). ECM membuat sirkulasi kerja komponen di dalam mesin sudah langsung berjalan saat mesin dinyalakan, tanpa perlu lagi bantuan gas yang digeber oleh pengendara.

"Jadi motor injeksi lebih sederhana dan praktis. Perawatan juga lebih mudah," ujar Syamsuddin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau