JAKARTA, KOMPAS.com – Pasar mobil mengalami hasil positif secara keseluruhan di tujuh bulan pertama 2018, atau tumbuh di 6,8 persen menjadi 661.093 unit. Sementara, untuk Juli saja naik 26,19 persen (107.431 unit).
Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menarik untuk melihat rapor pencapaian, dari lima besar merek terlaris di dalam negeri.
Pemimpin pasar dalam negeri ini harus mendapat rapor merah, penurunan dua digit pada Januari-Juli 2018 ini, sampai 13,43 persen, atau hanya memperoleh 196.430 unit saja. Sedangkan pada periode yang sama tahun lalu, mencapai 226.909.
Sementara pada bulan Juli saja, dibanding 2017 Toyota mengalami kenaikan 10,64 persen. Namun sayangnya, kenaikan di Juli tak bisa menutup hasil positif sepanjang tujuh bulan.
Tak bisa dipungkiri, performa Toyota menurun semenjak jagoannya Avanza sudah tak lagi dalam performa terbaiknya dari sisi penjualan. Di segmen LMPV memang pilihannya saat ini sudah semakin banyak, tak hanya dari merek Jepang tapi juga ada dari China Wuling.
Baca juga: Gaikindo Bilang Hati-hati Soal Kebijakan DP 0 Persen
Merek yang punya hubungan darah dengan Toyota, memperoleh hasil positif Januari-Juli dengan kenaikan 3,66 persen. Meski tak besar, tapi ini lebih baik dibanding induk perusahaannya, yang anjok sampai dua digit.
Paling tidak, Daihatsu masih cukup kebal, dalam persaingan otomotif dalam negeri yang semakin ketat. Wholesales-nya selama tujuh bulan mencapai 112.893 unit, di mana tahun sebelumnya hanya 108.905 unit.
Wholesales Honda sedang tidak dalam posisi bagus saat ini, mengalami penurunan dua digit 13,23 persen. Secara jumlah, total whoelsales Honda dari semua model yang dipasok sebesar 91.920 unit.
Pada periode yang sama tahun lalu, Honda berhasil mencapai angka 105.983 unit pada periode Januari-Juli 2018. Honda baru saja memperkenalkan model baru (seperti Brio), dan penyegaran-penyegaran model eksisting mereka di GIIAS 2018.
Baca juga: Tanpa Keputusan Bulat Anggota, Gaikindo Tetap Ikut B20
Berlambang tiga berlian, merek mobil ini sedang dalam performa baiknya di mana penjualannya Januari-Juli 2018 melonjak signifkan sampai 126,15 persen, dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Totalnya mencapai 87.457 unit sepanjang tujuh bulan, padahal tahun lalu hanya di angka 38.672 unit saja. Sungguh pencapaian yang mencengangkan.
Meski masih di luar tiga besar, tapi pencapaian ini membuka babak baru buat Mitsubishi yang mulai fokus garap mobil penumpang. Sudah jadi rahasia umum, key factor dari kesuksesan ini adalah diterima baik Xpander di pasar dalam negeri.
Namun, jika memang serius untuk segmen mobil penumpang, Mitsubishi tak bisa terus-terusan mengandalkan Xpander saja, perlu ada produk lain yang bisa menjadi penopang, selain Fortuner.
Suzuki
Menempati posisi kunci lima besar, Suzuki juga berhasil mengalami pertumbuhan dua digit 15,42 persen, atau sebesar 71.433 unit. Pada tujuh bulan yang sama di 2017, Suzuki memperoleh 61.890 unit.
Bagusnya penjualan Suzuki salah satunya ditopang oleh model Ignis, yang punya tampilan unik dibanding pesaingnya di pasar dalam negeri. Namun sayangnya, mobil city car ini masih diimpor dari India.
Menarik jika Suzuki bergerak hatinya untuk memboyong Ignis untuk diproduksi di dalam negeri.