KOMPAS.com - BMW dua pintu bercat biru Smurf terjebak di antara kerumunan orang di depan panggung. Pengemudinya terkekeh geli, tidak menyangka ketika seratusan orang tiba-tiba menyemut di antara mereka, di depan panggung pesta modifikasi Blackauto Battle Purwokerto.
Bas yang keluar dari perangkat putar CDJ memang ibarat langsung merenggut jantung orang-orang di GOR Satria, Sabtu (7/4/2018) malam, setelah awalnya tersebar di tenda-tenda tempat mobil-mobil modifikasi.
"Kita sambut, DJ Tiara Dewi...," ujar MC dari sisi panggung. Posisinya bersebelahan dengan tempat dyno test yang sebenarnya dituju oleh BMW tadi.
Deret-deret mobil modifikasi dengan berbagai bentuk yang tertata rapi di bawah tenda-tenda sudah menjadi daya tarik masyarakat di Purwokerto sejak siang. Puncaknya selepas maghrib, ketika area parkir GOR juga sudah mulai sesak.
"Iya, ini kali pertama Brio potong pilar (di Purwokerto), tetapi tingkat safety-nya masih dijaga, seat belt masih terpasang, tidak kami hilangkan," ujar pemilik Brio itu, Juliana, yang datang dari Cilacap bersama Honda Brio Community (HBC) Chapter Cilacap.
"Jumlah peserta sudah maksimal kuota. Totalnya 100 lebih," kata Boy Prabowo, penyelenggara Blackauto Battle, sedikit menguatkan volume suaranya karena tengah turut dalam penjurian SQL atau sound quality level, salah satu bagian kontes audio Black Out Loud.
Sesuai namanya, SQL berbeda dengan SPL atau sound pressure level yang beradu kekuatan desibel. Di SQL, yang diuji adalah kualitas audio. Mobil peserta SQL parkir mundur di arena penjurian, pintu belakang tempat speaker dibuka, sementara juri berdiri dalam jarak terentu di belakangnya.
Satu lagu jazz lantas diputar. Kompleksitasnya lebih kurang bisa mengetes kemampuan audio secara detail.
Mobil-mobil street racing
Siang itu, sebuah Corolla Altis berwarna merah melaju perlahan melewati depan panggung. Lalu pintu dibuka, kap mesin dibuka, bagasi dibuka. Juri-juri melihat-lihat, sementara pengunjung bisa leluasa memandangi dan memotret mobil-mobil peserta.
Mobil-mobil street racing memang lumayan jamak di ajang-ajang Blackauto Battle, termasuk di kota yang punya makanan khas sroto (soto) dan mendoan ini. Boy—yang juga COO di Asia Pacific Car Tuning Association (APACT)—menanggapi bahwa street racing adalah gaya modifikasi mobil yang menarik karena bisa dijejali segala macam aksesori.
"Di street racing itu segalanya memungkinkan. Energinya kalau di APACT sebenarnya (film) Fast and Furious. Mobilnya kencang, audionya kencang. Sepanjang konsepnya masuk, enggak ada yang salah," kata Boy.
Secara industri, menurut Boy, aliran modifikasi street racing punya efek menumbuhkan ekonomi. Penyukanya akan belanja parts sehingga supplay-demand pun tumbuh serta menyerap tenaga kerja. Namun, dalam Blackauto Battle, tidak berarti banyak belanja parts adalah kunci kemenangan.
Melalui asosiasi APACT, kata Boy, mereka coba menakar sebaik mungkin yang bersifat subyektif untuk dinilai secara obyektif.
"Di kami itu, kalau ada anggapan mobil modifikasi ekstrem pasti menang, wah belum tentu. Kebetulan statistik di kami memang kebanyakan yang menang adalah mobil kelas ekstrem sama street racing. Ya depend on design, depend on detail," kata dia.
Kategori ini pula yang dimenangi BMW yang terjebak di tengah keramaian tadi. Suara buangan dari mesinnya menghasilkan angka 112 db. Namun, bukan suaranya saja yang juara.
Saat naik ke panggung dyno test kelas bebas Free for All (FFA) yang menjadi menu penarik massa tiap kali Blackauto Battle diadakan, BMW milik Ryan itu tembus di level 466,1 HP di antara mobil peserta FFA lain yang bermain di level 100-200 HP.
Namanya masuk daftar pemenang per kategori yang kemudian mengantarkan acara menuju puncak, yakni penentuan The King of Black dan The Champ.
Kategori The King of Black untuk Blackauto Battle Purwokerto diraih Daihatsu Sirion hitam bersayap belakang besar milik Iswar yang datang jauh-jauh dari Pekanbaru, Riau.
"Kepikirannya sih awalnya street racing. Karena di teman-teman kami juga sudah banyak, kami larinya agak ke ekstrem, mengubah pintu, motorized, wing, bumper depan-belakang full custom," kata Iswar.
"Untuk mesin saja, inden injector-nya sudah satu minggu. Lebih kurang, garap mesin saja sebulan. Lalu kaki-kaki, as roda itu kami pesan khusus ke bengkel racing. Kami enggak mau tahu-tahu ada trouble. Soalnya, mesin yang kami pakai ini kan berat ya," kata Rudi, pemilik mobil tersebut, seraya mengatakan bahwa mobilnya yang berukuran kompak itu dipasangi mesin G-35 Series 3.500 cc.
Namanya juga “perang”, amunisi berupa konsep matang dan detail harus ada terus, seperti slogan Blackauto Battle, “The Unstoppable Battle”.
Tuntas di Purwokerto, seri Blackauto Battle 2018 akan berlanjut di Makassar (4 Agustus), Solo (6 Oktober), dan finalnya di Surabaya (1-2 Desember). Untuk yang ingin tahu informasi lebih jauh, coba masuk ke halaman www.blackxperience.com.