Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Titip ke TKI, Salah Satu Cara Berburu Onderdil Motor Lawas

Kompas.com - 15/03/2018, 20:22 WIB
Alsadad Rudi,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

Depok, KOMPAS.com - Salah satu resiko yang harus siap dihadapi saat memiliki motor lawas adalah mencari onderdil dan suku cadang. Sebab tidak seperti motor baru, onderdil motor lawas relatif sulit didapat. Tidak lagi diproduksinya motor membuat bengkel resmi acapkali tak lagi menjual onderdil.

Ada ragam cara yang kerap dilakukan pemilik motor lawas untuk mendapatkan onderdil dan suku cadang, dari mulai berburu ke pasar loak hingga mencarinya di situs jual beli online. Namun ada cara unik yang dilakukan Robby Chow, salah satu pemilik Suzuki RGR lansiran 1992.

Baca juga : Boleh Menggunakan Onderdil KW, tetapi Ada Syaratnya

Selain mencari di pasar loak dan situs jual beli online, Robby mengaku biasanya juga membeli suku cadang dari luar negeri. Namun tidak datang langsung. Melainkan menitipkannya dengan kenalannya yang menjadi tenaga kerja Indonesia (TKI) di negara yang menjadi lokasi penjualan suku cadang motornya itu. Robby mencontohkan negara-negara seperti Thailand dan Malaysia.

Suzuki RGR edisi tahun 1992 milik seorang warga Bogor, Robby Chow. Suzuki RGR edisi tahun 1992 milik seorang warga Bogor, Robby Chow.

"Kalau susah nemu di Bogor, biasanya minta bantuan teman yang jadi TKI di luar negeri. Tetap Thailand yang utama, Malaysia juga. Tapi pernah juga nitip dari teman yang jadi TKI di Selandia Baru," kata Robby kepada Kompas.com, Kamis (15/3/2018).

Menurut Robby, menitipkan onderdil melalui TKI biasanya baru dilakukan saat TKI yang bersangkutan hendak pulang ke Indonesia. Namun, bila menitipkan lewat TKI, Robby menyebut onderdil yang dibawa tidak bisa langsung dalam jumlah besar. Sehingga cara ini baru akan dilakukannya saat sudah tidak bisa menemukan lagi suku cadang yang dicari, baik di pasar loak, situs online, bengkel modifikasi ataupun sesama teman komunitasnya.

Baca juga : Penadah Motor Curian Jual Onderdil Motor di Situs Belanja Online

"Karena barang yang dibawa TKI tidak bisa langsung banyak. Harus dibawa sedikit demi sedikit," ujar Robby.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau