Tokyo, KompasOtomotif – Presiden Toyota Akio Toyoda menyatakan bahwa perusahaan yang dimpimpinnya sedang menghadapi masa krisis. Hal itu dilontarkan sehubungan dengan perolehan mengecewakan pada tahun fiskal lalu yang jatuh pada 31 Mei 2017.
Toyota melaporkan anjloknya keuntungan bersih sebesar 21 persen, dan perusahaan juga menyatakan bahwa tahun fiskal ini, kondisi serupa bakal kembali dialami. Toyoda pun mengekspresikan ”kegalauan” yang cukup serius menanggapi situasi tersebut.
”Saya merasakan adanya krisis yang sangat kuat tentang apakah kita benar-benar membuat mobil berdasarkan perspektif konsumen di semua tempat kerja Toyota. Mulai dari pengembangan, produksi, pengadaan, dan penjualan, sampai ke divisi administratif,” ujar Toyoda.
Dia melanjutkan, berkurangnya pendapatan bersih terjadi karena industri otomotif menghadapi pergeseran terbesar dalam sejarah. Banyak pesaing baru di pasar, lalu teknologi otonom dan listrik juga mulai digembar-gemborkan sebagai masa depan sebuah mobil.
Pergeseran drastis ini memaksa perusahaan mengeluarkan anggaran penelitian dan pengembangan lebih dari 9 miliar dollar AS (Rp 120 triliun) 060.000.000.000) sepanjang empat tahun belakangan. Menurut Toyoda, ini adalah bagian tak terpisahkan dari perusahaan mobil lama ke industri baru.
”Industri otomotif saat ini diminta melakukan pergeseran paradigma. Saya ingin terus ’menanam bibit’ dengan melihat 10 atau bahkan 20 tahun ke depan,” ujarnya seperti dikutip Automotive News (17/5/2017).
Salah satu perubahan paling signifikan yang dialami Toyota adalah era keterbukaan pada kendaraan listrik. Awalnya orang skeptis terhadap mobil listrik dan banyak yang meyakini, mobil hidrogen adalah masa depan. Toyota serius menceburkan diri tahun lalu, dan Toyoda mengakui dirinya bertanggung jawab atas proyek tersebut.
”Ketika sampai ke kendaraan listrik, setiap mobil, apakah itu Yaris atau apa saja, setelah dielektrifikasi, percepatannya sama saja. Alasan saya bertanggung jawab untuk proyek kendaran elektrik adalah saya tidak ingin menjadikan mobil ini sebagai komoditas. Bahkan dengan elektrifikasi kendaraan, saya ingin awalan ’saya cinta’ muncul dan ditempelkan pada mobil-mobil tersebut,” kata Toyoda.
Saat ini, Toyota memang masih getol mengembangkan teknologi hybrid. Bahkan concern utama justru terhadap Mirai, mobil hidrogen yang mulai dijual di pasar internasional. Toyota butuh konsep-konsep mobil listriknya segera diterjemahkan ke "dunia nyata".
Toyoda percaya bahwa butuh sedikit waktu bagi perusahaan seperti Toyota untuk berubah dan beradaptasi dengan industri yang sedang berkembang, sebelum kembali mendominasi industri mobil di dunia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.