Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tol Cipali, Antara Mistis dan Tingginya Angka Kecelakaan...

Kompas.com - 27/06/2016, 14:45 WIB
Mikhael Gewati

Penulis

Faktor kelalaian manusia

Namun, ada penjelasan lain atas beragam peristiwa kecelakaan itu. Kelalaian manusia disebut sebagai penyebab utama kejadian tragis tersebut.

Wakapolda Kepulauan Babel, Kombes Istiono, yang sebelumnya adalah Kabag Ops Korlantas Polri mengatakan, Tol Cipali dari segi teknis sudah melalui kajian keselamatan.

”Jika dilihat dari TKP (tempat kejadian perkara), tampak pengguna jalan kebanyakan out of control (lepas kendali) atau terlibat kecelakaan sendiri," kata Istiono, seperti dikutip Kompas.com, Selasa (7/7/2015).

Istiono melanjutkan, kelalaian itu dapat dilihat dari kecelakaan yang kebanyakan adalah tabrak belakang dan keluar jalur. "Ini bencana yang tersembunyi dan jadi isu utama,” ujar dia.

Menurut Istiono, kelalaian manusia terjadi karena jalur jalan Tol Cipali yang didominasi jalur lurus membuat banyak orang terlena untuk mengemudikan kendaraanya.

“Belum lagi pemandangan indah, jalan mulus, lurus, maunya nge-gas. Enggak terasa ngantuk. Sepersekian detik dengan kecepatan tertentu tidak bisa mengantisipasi jika terjadi bahaya. Belum lagi ada faktor hewan yang masih sering lewat di ruas tol ini,” kata Istiono.

Pendapat Istiono sesuai dengan hasil survei Universitas Indonesia (UI) yang menyatakan, banyak pengemudi ketika melewati jalan Tol Cipali tidak menyadari kecepatan kendaraannya telah mencapai 150 kilometer per jam. Hal itu terjadi karena kondisi jalan Tol Cipali yang halus, datar, dan lurus.

Senada dengan kepolisian, pengelola jalan Tol Cipali menilai beragam kecelakaan itu terjadi karena faktor fisik pengendara yang lelah tetapi tetap memaksakan diri mengemudi.

"Dari beberapa kecelakaan, faktor penyebab utamanya karena kondisi fisik pengendara, seperti lelah dan mengantuk. Sebelum masuk tol ini, orang sudah melakukan perjalanan jauh berkilo-kilometer terlebih dahulu," papar Wakil Direktur Utama, PT Lintas Marga Sedaya, Hudaya Arryanto, merujuk Otomania.com, Jumat (19/6/2015).

Antisipasi

Untuk meminimalisir risiko Anda mengalami kecelakaan saat melewati Tol Cipali, pastikan kecepatan kendaraan terjaga di kisaran 70-80 kilometer per jam. Kalaupun terbuai jalur lurus, kenaikan kecepatan pun tidak terlalu jauh dan masih berada di bawah batas kecepatan maksimal 100 kilometer per jam.

Stanly/Otomania Mengenal panel speedometer

Selain menjaga kecepatan, kondisi fisik pengemudi yang prima juga dapat melawan rasa lelah. Lebih baik pula, sempatkan beristirahat sebelum melaju melanjutkan perjalanan di Tol Cipali.

Bila sudah beristirahat tetapi kantuk kembali datang, pastikan untuk memilih menepikan kendaraan dan beristirahat lagi. Bila khawatir tak menemukan lokasi istirahat tapi juga tak mau berhenti di bahu jalan tol, sekarang sudah ada aplikasi di ponsel yang bisa membantu Anda.

Beberapa aplikasi sudah mempunyai fitur Near Me yang mampu menunjukkan lokasi pom bensin, supermarket, dan posko mudik terdekat dari lokasi Anda berada. Dengan begitu, setidaknya Anda punya pilihan tempat beristirahat selain di pinggir jalan tol.

Fitur itu juga dapat menunjukkan lokasi bengkel rekanan Garda Oto terdekat dari tempat Anda berada. Jadi jika mobil Anda tiba-tiba mengalami gangguan teknis di jalan Tol Cipali, fitur tersebut dapat menjadi jalan keluarnya.

Jika mobil Anda mogok saat melintasi jalan Tol Cipali, beberapa aplikasi juga dapat menolong Anda. Aplikasi Otocare misalnya, memiliki pula fitur Call Garda Akses untuk memberikan bantuan darurat, seperti mobil derek.

Dengan begitu, perjalanan Anda melintasi Tol Cipali jadi lebih aman. Cerita mistis sepanjang jalur tol ini pun bukan lagi jadi alasan untuk Anda takut melewatinya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau