KompasOtomotif -Pernah dengar HAAS F1 Racing Team? Kalau belum tahu tidak perlu panik. Karena tim tersebut memang baru eksis di F1 musim 2016. Pendatang baru itu punya pebalap yang bisa jadi sudah Anda kenal, Romain Grosjean dan Esteban Guiterrez.
Grosjean adalah pebalap HAAS yang disenggol Rio saat di pit ketika menjalani latihan resmi di GP Australia. Sedangkan Guiterrez adalah pebalap yang ditabrak Fernando Alonso (McLaren Honda). Kejadian tersebut menjadi sorotan karena mobil yang digunakan tergolong ringsek namun Alonso masih bisa keluar dengan selamat.
Mereka berdua (Grosjean dan Guiterrez) bukan pebalap rookie(pendatang baru) di F1. Tiba-tiba saja saya tertarik untuk mengulas tim HAAS Racing Team ini dengan segala fenomenanya.Sepak terjangnya tergolong tak biasa untuk pendatang baru. Tim yang bermarkas di Kannapolis, North Carolina, Amerika Serikat, ini bisa mengumpulkan 18 poin hanya dalam 2 seri balapan F1.
Brawn GP sebenarnya pernah melakukan hal serupa di musim pertamanya (2009). Bahkan gebarkannya cukup "dahsyat" karena langsung jadi juara untuk pebalap dan konstruktor.
Kendati demikian, kondisi saat itu sedikit berbeda karena intepretasi soal legalitas double decker diffuser. Hal tersebut menurut saya adalah perjudian dengan risiko sangat tinggi, dan keberuntungan jatuh ke tangan Brawn GP.
Pada kesempatan kali ini coba kita bandingkan HAAS dengan Manor yang sudah memasuki musim ke-2 di 2016 ini.
Dari sisi power unit HAAS menggendong mesin Ferrari 059/5, sedangkan Manor memakai Mercedes PU106C Hybrid Turbo V6. Keduanya sama-sama menggunakan mesin terbaru dan spesifikasinya sama dengan “tim induknya” di musim 2016.
Secara teoritis seharusnya Manor unggul, namun tak disangka kemajuan Ferrari begitu pesat. Ditambah HAAS menggunakan gearbox, suspensi, rem cakram, dan small parts yang juga produk Ferrari. Sementara untuk sasis HAAS memakai Dallara yang juga Italian connection.
Kemajuan Ferrari dalam pengembangan musim ini secara teknis berakibat kepada tim yang menggunakan komponen milik tim Kuda Jingkrak tersebut. Sebelum musim berjalan banyak yang menyebut HAAS sebagai tim satelit Scuderia Ferrari.
Dallara di mata saya menjadi tersangka atas semua kejadian. Saya menyoroti sasis tersebut karena beberapa komponen dikembangkan sendiri seperti monocoque, survival cell, bodywork, wings, floor dan diffuser. Semua sangat kompak dengan sasis Dallara. Itulah mengapa saat nonton bareng GP Bahrain kemarin saya menyebut bahwa salah satu kunci kemonceran HAAS ada di sasisnya.
Soal pebalap, HAAS mengombinasikan pebalap senior dan muda yang bertalenta tinggi. Sementara Manor didukung pebalap pendatang baru. Target poin memang bukan yang utama tetapi proses adaptasi yang cepat dibutuhkan oleh Rio Haryanto dan Pascal Wehrlein di Manor.
Persaingan Gutierrez dan Rio bukan hal baru. Mereka sudah bersaing sejak GP2 musim 2012. Saat itu Gutierrez ada di tim Lotus GP sedang Rio berada di bawah bendera Carlin Racing Team.
Pembeda di antara kedua tim hanyalah soal pendanaan yang "sehat" atau Healthy Budget. HAAS disupport dengan dana segar dari punggawanya, Gene Haas. Sementara pemilik Manor, Stephen Fitzpatrick, pernah menyebutkan bahwa mereka punya dana untuk membiayai tim, tetapi tidak cukup untuk memenuhi seluruh kebutuhan tim.