Jakarta, KompasOtomotif – Bukan hanya membahas soal Casey Stoner dan Ducati, pengamat yang sering tampil di acara MotoGP di Tanah Air, Matteo Guerinoni, juga mengomentari kans juara dunia top rider, yakni Valentino Rossi, Jorge Lorenzo, dan Marc Marquez. Kontrak setiap pebalap itu habis akhir musim 2016, jadi semakin menarik buat dicermati.
Mantan juara nasional superbike 2010 itu mengatakan Rossi lebih kuat dibanding musim lalu. Saat tes pra musim beda waktu yang ia dapat terpaut tipis-tipis. Menurut Matteo itu sudah sinyal bahaya sebab Rossi bukan pebalap yang bagus saat balapan sendiri mencari waktu tercepat tapi lebih banyak bicara saat balapan resmi.
Matteo memprediksi Rossi akan tetap berada di Yamaha musim depan. Sebab Yamaha baru saja menandatangani kontrak sebagai official partner dengan VR46 Riders Academy milik Rossi pada 2 Maret 2016.
“Itu indikasi, kalau Yamaha lakukan itu berarti peluang tanda tangan dua tahun lagi (Rossi) dengan Yamaha itu besar. Karena jaman sekarang kontrak pebalap itu dua tahun,” kata Matteo saat ditemui di salah satu restoran miliknya di Jakarta, Selasa (8/3/2016).
Lorenzo sangat berpeluang jadi juara lagi setelah mendapatkan gelar ketiganya musim lalu. Pria Spanyol ini dikatakan agresif tapi smooth saat balapan. Ia mengejar kesempurnaan, sangat cocok dengan karakter sepeda motor Yamaha yang dikatakan lebih “halus” dibanding Honda yang ekstrem.
“Lorenzo saya ga yakin akan bertahan lama di Yamaha. Gosipnya Lorenzo pergi ke ducati. Gosipnya juga Ducati mengambil Stoner untuk kasih liat kepada pebalap yang lain sebenarnya motornya bagus,” ujar Matteo.
Menurut Matteo, Marquez tetap berbahaya. Namun kendala buat ia yakni konsistensi. “Kalau jaman dulu dia untung, waktu pertama datang ke MotoGP dia jatuhnya banyak sekali tapi cuma waktu free practice. Waktu dia jadi juara dunia kedua, dia menang 10 race, mendominasi, dia banyak sekali jatuh tapi juga di free practice. Tapi tahun lalu dia jatuh kebanyakan di balapan. Jadi, istilahnya ga selalu beruntung,” ulas Matteo.
Marquez punya talenta luar biasa, tapi sangat terbaca ia sangat ambisius, bahkan terkadang terlalu memaksa. “Itu bedanya dengan Rossi atau Lorenzo, kalau mereka tahu misalnya race ga bisa dimenangkan. Kalau dipaksakan bisa jatuh, lebih baik saya dapat poin, nah itu bedanya Rossi dan Lorenzo sama Marquez. Kalau dia belum bisa belajar mengendalikan ego, merendahkan sedikit, tidak bisa. Jangan mau menang semua race karena itu ga bisa dilakukan,” papar Matteo.
Pegangan siapa?
Lantas KompasOtomotif bertanya, dari ketiga pebalap itu siapa yang menurut Matteo jadi juara MotoGP 2016? Setelah mendengar Matteo berdiam selama beberapa detik lalu menjawab Rossi.
“Saya tahu itu gila, tapi saya bilang itu Rossi,” kata Matteo.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.