Gresik, KompasOtomotif – Terpuruknya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS memukul berbagai industri, tak terkecuali produsen pembuat pelumas. PT Pertamina Lubricants sebagai salah satu pemain utama di industri ini tak luput dari dampak, namun berusaha untuk tetap tidak membebankannya ke konsumen.
Dengan kata lain, sejumlah merek oli milik Pertamina tak akan naik harga dalam waktu dekat, seperti yang ditegaskan Direktur Pemasaran PT Pertamina Lubricants Andria Nusa di sela kunjungan manajemen PT Toyota Astra Motor dan jurnalis di fasilitas pabrik pelumas Pertamina di Gresik, Jawa Timur, Jumat (11/9/2015).
”Kalau ditanya dampaknya, sudah pasti kami kena, bahkan sangat besar. Hampir 90 persen bahan baku pelumas dibeli dari induk kami, Pertamina, dalam dollar AS. Memang dapat diskon, seperti anak beli ke bapaknya, tapi tetap saja kenaikan itu cukup besar,” kata Andria.
Ya, Pertamina membeli dan mengolah minyak mentah yang dibeli dari Arab dalam dollar AS. Menjualnya juga dalam dollar AS. Otomatis, harga akan mengikuti kurs. Saat rupiah melemah, produsen oli yang beli minyak mentah olahan itu juga harus menanggungnya.
Menyiasati hal itu, Andria mengatakan bahwa pihaknya akan melakukan efisiensi dalam hal produksi agar kenaikan pembelian bahan baku tidak berbuntut kenaikan harga.
”Kondisi ekonomi seperti ini memang sulit. Kalau kami naikkan, jangan-jangan malah merugikan kami sendiri. Untuk saat ini kami tidak berpikir menikkan harga dulu,” ujar Andria.
Pertamina Lubricants rata-rata memproduksi pelumas 165 juta liter per tahun (domestik dan ekspor). Beberapa persen di antaranya untuk memenuhi pemesanan dari pemegang merek otomotif, termasuk Toyota, Honda, Mitsubishi, dan Daihatsu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.