Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Daihatsu Terios 7-Wonders “Amazing Celebes Heritage”

Mengagumi Kapal Phinisi dari Tanjung Bira yang Mendunia

Kompas.com - 08/10/2014, 08:32 WIB
Agung Kurniawan

Penulis

Tanjung Bira, KompasOtomotif - Setelah menempuh perjalanan panjang dengan jarak 447 km dari Rantepao menuju Tanjung Bira, akhirnya tim ekspedisi Daihatsu Terios 7 Wonders Amazing Celebes Heritage sukses menyelesaikan etape kelima.

Perjalanan ditempuh melalui jalur Makale, Rekang, Sidrap, Watampone, Sinjai, dan Bulukumba, dalam waktu hampir 9 jam non-stop. Rombongan pun menyentuh bibir pantai Tanjung Bira pada malam hari.

Para peserta langsung mendirikan tenda untuk bermalam di tepi pantai. "Suasana pesisir pantai hangat malam tadi, sama sekali tidak ada dingin," jelas Endi Supriatna, salah satu peserta rombongan kepada KompasOtomotif, Selasa Selasa (7/10/2014).

Jalan Rusak
Dalam perjalanan menuju Tanjung Bira, tepatnya sebelum masuk Sinjai, tim dihadapkan dengan kondisi jalan yang rusak parah. Persoalan yang dihadapi bukan jalan penuh lubang atau kontur naik-turun seperti sebelumnya, tetapi jalan terbuat dari tumpukkan batu.

"Teman-teman harus bergoyang-goyang selama 30 km perjalanan menuju Tanjung Bira, ini rintangan terberat yang dihadapi tim selama ekspedisi berlangsung," tukas Endi. Untungnya, dengan kualitas suspensi yang dimiliki Terios, seluruh peserta bisa melalui rintangan ini tanpa kendala sama sekali.

Setelah bermalam di bibir pantai, pada pagi harinya tim langsung bergerak ke pusat daerah pembuatan kapal tradisional phinisi, namanya Desa Bira, Bontobahari, Bulukumba dan berjumpa salah satu pengerajin Syarifudin, 73.

Nabi Nuh
Tim juga berinteraksi dengan kapal-kapal yang masih terlihat dalam proses pengerjaan. Syarifudin bercerita soal sejarah phinisi di Tanjung Bira. Menurut kepercayaan suku setempat, phinisi sudah ada sebelum 1.500 Masehi atau pada zaman nabi masih hidup. Bahkan, warga setempat yang banyak berprofesi sebagai pengerajin phinisi percaya kalau nenek moyangnya merupakan salah satu yang membuat bahtera milik Nabi Nuh.

ADM Membutuhkan waktu minimal setahun sampai 6 tahun untuk membangun satu kapal, tergantung besar ukurannya.

Dari latar belakang ini, kemudian keahlian membuat phinisi terus menurun dari generasi ke generasi warga Bulukumba, sampai saat ini. Salah satu ciri khas pengrajin kapal phinisi di Tanjung Bira adalah keahliannya yang bersifat alami.

Peralatan yang mereka gunakan relatif sederhana, mulai dari gergaji kayu, kapak, cangkul mini, palu, dan mata pahat. Untuk membengkokkan kayu yang digunakan pada bodi kapal, pengrajin masih memanfaatkan teknik membakar, bukan dengan mesin press yang sudah banyak digunakan pengrajin asal negara lain.

"Untuk membuat kapal sepanjang 50 meter dan lebar 10 meter, mereka tidak butuh menggambar sketsa dulu, tanpa cetak biru, desain grafis, atau perhitungan matematika yang jelimet. Jadi, semuanya ada di dalam otak mereka, mulai memilih kayu sampai akhirnya phinisi jadi," beber Indra Aditya, salah satu pimpinan tim.

Setiap kapal yang diproduksi, membutuhkan waktu sekitar 1 sampai 6 tahun. Lamanya pengerjaan, praktis tergantung dari besar atau kecilnya kapal yang dipesan. Syarifudin, saat ini mengaku lagi mengerjakan kapal untuk pengusaha asal Italia.

Mancanegara
Hebatnya lagi, kapal phinisi hasil pengrajin asal Tanjung Bira sudah dikenal sampai ke mancanegara. Menurut warga setempat, Australia menjadi salah satu negara pemesan tetap, karena punya permintaan dari perusahaan wisata. Selain itu, pesanan juga datang dari Amerika Serikat dan Italia.

"Pesanan paling paling sering datang dari Italia. Salah satu alasannya mereka punya program pariwisata Phinisi Nusantara yang berkeliling ke Labuan Bajo, Lombok, Pulau Komodo, dan pulau Rinca (NTB)," jelas Syarifudin.

Kualitas kapal phinisi Indonesia juga sudah terbukti tangguh menerjang ombak, salah satunya dibuktikan oleh Gita Arjakusuma, pelaut Indonesia yang berhasil melayarkan kapal tradisional Phinisi Nusantara dari Indonesia ke pantai barat Amerika sejauh 11.000 mil selama 67 hari. Gita berhasil tiba di pameran internasional, Vancouver Expo 1986.

Setiap kapal yang diproduksi di Tanjung Bira harganya bervariasi, mulai dari Rp 1,2 miliar-Rp 3,3 miliar tergantung dari ukuran si pemesan. Harga itu belum termasuk fasilitas modern yang biasanya dilengkapi untuk memanjakan tamu yang berkunjung, mulai dari ruang tidur mewah, AC, kolam renang mini, Jacuzi, dan lain sebagainya.

ADM Suasana pesisir pantai Tanjung Bira terasa hangat di malam hari.

Meninggalkan Bulukumba, petualangan Terios 7-Wonders akan dilanjutkan menuju Kajang, untuk mengenal lebih dekat kehidupan masyarakat Suku Pedalaman Kajang. (ADV)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com