Mereka menolak menandatangani kode etik kerja yang disiapkan pihak manajemen pabrik Toyota di Bangalore, India. Sekitar 500 pekerja sebenarnya sudah berkumpul di depan pabrik dan siap bekerja. Namun akhirnya menolak masuk ke area pabrik, karena pihak manajemen memaksa mereka menandatangani kode etik.
“Kami menolak memberikan tanda tangan atau upaya pengarahan, tidak satupun dari kami yang masuk ke dalam pabrik padahal shift pertama dimulai pukul 06.00 (waktu setempat),” tukas Prasanna Kumar, Presiden Serikat Pekerja Toyota Kirloskar Motor Ltd, dilansir AFP (24/3/2014).
Semula, Toyota mengakui sudah mencapai kata sepakat dengan serikat pekerja dengan bantuan mediasi pemerintah setempat. “Pemaksaan (tanda tangan) ini bertentangan dengan hak kami sebagai pekerja. Kami punya hak untuk melindungi kepentingan dan memastikan kesejahteraan kami tidak diterlantarkan,” lanjut Kumar.
Keinginan Toyota meminta pekerja untuk menandatangani kode etik kerja dinilai “kasar”. Mereka juga menuntut agar Toyota merevisi keputusan skorsing terhadap 17 pekerja yang dianggap pemicu terjadinya mogok di pabrik.
Tuntutan
Kedua pabrik Toyota di Bangalore sudah berhenti beroperasi sepekan karena ada masalah dalam kesepakatan gaji pekerja. Toyota menyatakan, beberapa pekerja sengaja mengganggu proses produksi, melecehkan, dan mengancam para penyelia sehingga mengganggu bisnis dalam beberapa pekan terakhir sebelum mogok berlangsung.
Serikat Pekerja Toyota Kirloskar Motor Ltd menuntut kenaikan gaji bulanan 4.000 rupe (Rp 750.000), namun pihak manajemen hanya menawarkan 3.050 rupe (Rp 571.000). Alasannya, kondisi pasar otomotif yang lagi menurun di India, anjlok sampai 10 persen membuat kondisi bisnis jadi lebih berat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.