Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Beli Mobil di Singapura Tiga Kali Lebih Mahal dari Indonesia

Kompas.com - 09/01/2014, 17:41 WIB
Zulkifli BJ

Penulis

Sumber Bloomberg
Zulkifli BJ Supercar disewakan di Singapura. Hanya boleh memilih izin memiliki 10 tahun.

Singapura, KompasOtomotif — Salah satu cara untuk membatasi kepemilikan mobil di Singapura yaitu harus membeli lisensi. Akibatnya, untuk mendapatkan mobil, warga Singapura harus membayar jauh lebih mahal. Bahkan dinilai paling mahal di dunia. Sebagai pembanding, untuk mendapatkan BMW 318i, pembeli harus membayar 270.800 dollar Singapura, bila dikonversi ke rupiah menjadi Rp 2,6 miliar.

Di Jakarta, untuk mendapatkan mobil yang sama, konsumen harus membayar Rp 730 juta (belum termasuk pajak). Berarti warga yang berada di negara pulau itu harus membayar tiga kali lebih mahal dibanding orang Jakarta untuk mendapatkan mobil yang sama. Malah bila dibandingkan dengan Amerika Serikat, menurut Bloomberg, menjadi enam kali!

Peraturan dilakukan agar masyarakat ogah membeli dan menyediakan transportasi umum untuk aktivitas sehari-hari. Menurut Menteri Perhubungan Singapura, Lui Tuck Yew, yang dikutip Bloomberg, Rabu (8/1/2014), untuk membeli mobil, warga Singapura harus mempunyai sertifikat pembelian “jangka pendek dan menengah”. Kebijakan ini dibuat karena lahan Singapura terbatas dan kalau dibiarkan, jalanan semakin macet.

Karena itulah, dengan penduduk 5,4 juta orang saat ini, penjualan mobil di Singapura dari Januari sampai November 2013 hanya 20.000 unit. Hanya ada dua merek mobil yang laris di negara pulau tersebut, yaitu Mercedes-Benz dan BMW. Dipastikan, dari tiga mobil yang terjual di negara itu, satu di antaranya dari kedua merek tadi.

Makin kaya
Kini Singapura juga dibanjiri pekerja asing yang pasti membutuhkan sarana transportasi. Terakhir dikabarkan, kereta metro dan bus umum yang diandalkan, kapasitasnya sudah sampai batas maksimal. Kalau dibiarkan, boleh jadi orang di negara tersebut, kendati harus membayar mahal, bisa saja membeli mobil. Untuk mencegahnya, kini dianggarkan 60 miliar dollar Singapura atau Rp 577,5 triliun dari 2010 sampai 2020 untuk menambah jaringan kereta metro dan angkutan umum, dua kali lipat dari yang ada sekarang ini.

Dengan cara ini, pemerintah menargetkan, nantinya 70 persen orang di negara itu, yaitu 5,4 juta, akan menggunakan transportasi umum. Sekarang, menurut Lui, baru 63 persen penduduk Singapura menggunakan kereta dan angkutan bus umum. Nantinya, pada 2030, Singapura bisa mempunyai jaringan rel kereta menjadi 360 km.

Pertumbuhan penduduk Singapura, sejak pertengahan 2004 sampai tahun lalu, hanya 1,1 juta orang. Pada 2030, diperkirakan penduduk negara pulau itu 6,9 juta orang. Sekarang, Singapura dengan Bandara Changi nomor tiga terbesar di ASEAN dan pelabuhan kontainernya nomor dua tersibuk di dunia, juga didukung oleh 28.000 taksi sebagai angkutan umum. Konon, jumlah itu lebih besar dari taksi di New York dan Hongkong.

Pembeli mobil di Singapura harus membayar cukai dan biaya pendaftaran mencapai dua kali dari harga asli mobil. Untuk mendapatkan jumlah yang sangat terbatas itu, warga harus mengikuti lelang yang diselenggarakan oleh pemerintah. Pengemudi hanya dibolehkan memiliki mobil maksimum 10 tahun. Setelah itu, sertifikat kedaluwarsa, pemilik harus memohon lagi izin kepemilikan baru untuk 10 tahun. Sedangkan mobil sebelumnya harus diekspor atau dijadikan besi tua.

ERP
Singapura juga dikenal pertama kali memperkenalkan jalan berbayar secara elektronik atau electronic road pricing (ERP) pada 1998 dan hanya untuk jalur-jalur yang sangat padat.

Pendapatan pemerintah dari pajak kendaraan bermotor pada tahun lalu diperkirakan 1,55 miliar dollar Singapura atau 2,8 persen dari pendapatan total pemerintah. Sedangkan mobil premium  yang dikuota, diperkirakan 2,4 miliar dollar Singapura atau 4,34 persen dari total pendapatan. Mercedes-Benz selama 11 bulan lalu bisa menjual 3.506 unit, sedangkan BMW 3.295 unit.

“Karena daya beli warga Singapura terus meningkat, kami harus memperhatikan pertumbuhan kendaraan pribadi. Saya yakin banyak warga Singapura ingin punya mobil sendiri. Penduduk Singapura yang punya mobil hanya 15 persen. Sebagai pembanding, Amerika Serikat 82 persen. Saat ini, sekitar 12 persen tanah di Singapura untuk jalan, hampir sama buat perumahan.

“Banyak waktu terbuang jika menggunakan kendaraan pribadi dan kemungkinan terjebak kemacetan sangat besar. Pemerintah berusaha mengajak masyarakat meninggalkan mobil pribadi dan pindah ke transportasi publik yang berkualitas,” komentar Michael Wan dari Credit Suisse Group tentang kebijakan negara tersebut. Ditambahkan, para CEO masih bisa bekerja dengan efektif tanpa dihadang kemacetan seperti kota-kota besar lain.

Reputasi tersebut coba terus dipertahankan oleh Singapura. Pasalnya, menurut Bank Dunia, Singapura adalah tempat paling mudah untuk melakukan kegiatan bisnis di dunia tujuh tahun berturut-turut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau