Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mobil Nasional Apa Kabarnya?

Kompas.com - 26/08/2009, 12:43 WIB

Prototipe yang sempat dipajang di IIMS 2009 ini baru hadir dua hari menjelang event ditutup. Tak ada lagi gaung dan masyarakat yang semula berharap bisa mencoba mobil tersebut tak kunjung mendapatkan kepastian sampai pameran usai.

Prototipe
“Produk tersebut baru sampai tahap prototipe. Belum sampai ke uji tipe. Produsen juga mempertimbangkan, apa mobil tersebut laku dijual atau tidak,” seru Panggah di Jakarta, Selasa (25/8) tentang realisasi proyek mobil nasional tersebut.

Rektor Uness Prof Dr Sudijono Sastro-Atmodjo juga tak lupa mengomentari mobil kecil dan murah yang dikembangkan oleh lembaga yang dipimpinnya itu. “Satu generasi (maksudnya satu prototipe) lagi baru bisa diproduksi. Masih banyak yang harus diperbaiki,” ungkapnya saat menyaksikan salah satu mobil terakhir sedang diperbaiki di Departemen Pendidikan Jakarta.

Ia menambahkan, faktor keselamatan bagi penumpang kendaraan ini harus dipikirkan lebih lanjut. “Ini menyangkut nyawa manusia,” ujarnya.

Sementara itu, Widya mengatakan, ia menciptakan kendaraan kecil itu untuk mengikuti jejak Tata Motors, raksasa industri mobil India yang menciptakan Nano, dari sisi berbeda. “Kalau Tata membuat Nano dengan memperkecil ukuran mobil, saya ingin membuat sepeda motor yang dimobilkan. Namun, tetap menggunakan empat roda. Tidak tiga roda seperti Bajaj” ungkapnya.

Kenyataannya, kendati banyak yang tertarik terhadap kendaraan ini—berdasarkan respons masyarakat ketika Kompas.com mengulas kreasi Uness ini—nyatanya untuk menghadirkan 4 prototipe tidak mudah.

Padahal, ia menciptakan mobil mikro ini, selain ingin memanusiakan moda transportasi Indonesia, minat terhadap kreasinya cukup tinggi. Seperti dijelaskannya, hal itu termasuk pengganti Bajaj yang sekarang ini harganya makin mahal. Ia juga menyebutkan, pasar lain untuk kreasinya tersebut adalah operasional lapangan golf dan perkebunan.

“Ukurannya yang kecil, mudah bergerak di sela-sela pohon kelapa sawit. Digunakan sebagai kendaraan pengumpul,” ucap Widya lagi.

Kenyataannya, jalan menuju ke arah itu tidak semudah yang diperkirakan dosen muda yang kreatif ini. Ia bisa menerawang peluang. Namun, investor lebih pintar bermain dengan uang!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau