JAKARTA, KOMPAS.com – Di tengah banyaknya pilihan oli mesin, tak sedikit pemilik mobil sering bergonta-ganti merek oli dan tingkat kekentalannya.
Hal ini umumnya dilakukan dengan harapan bisa menemukan formula terbaik untuk mesin mereka.
Namun, apakah kebiasaan ini berisiko atau justru sah-sah saja?
Menurut Lung Lung, pemilik Dokter Mobil, mengganti merek oli tidak masalah selama masih sesuai dengan spesifikasi yang direkomendasikan untuk kendaraan.
Namun, yang perlu diperhatikan adalah perubahan viskositas atau tingkat kekentalan oli.
"Kalau sekadar cari oli yang pas buat mobil sih enggak apa-apa, yang penting masih dalam spek yang direkomendasi pabrikan. Tapi, kalau ganti kekentalan, jangan terlalu jauh bedanya. Misalnya dari 10W-40 ke 5W-40 atau 5W-30 masih oke, tapi kalau lompat dari 10W-40 ke 0W-20 atau sebaliknya, itu sudah terlalu jauh," kata Lung Lung kepada Kompas.com, Selasa (11/2/2025).
Perubahan kekentalan yang terlalu ekstrem dapat mempengaruhi performa mesin, terutama dalam hal pelumasan dan perlindungan terhadap gesekan komponen internal.
Lebih lanjut, Lung Lung menegaskan bahwa yang lebih penting dari sekadar mengganti merek adalah memastikan oli yang digunakan asli dan bukan produk palsu.
Pasalnya, oli palsu bisa merusak mesin dalam jangka panjang meskipun spesifikasinya terlihat sesuai.
"Mau pakai merek apa pun sebenarnya mobil tetap bisa jalan. Tapi kalau pakai oli yang lebih bagus, performa juga akan lebih optimal. Yang penting jangan sampai pakai oli palsu atau bahkan minyak goreng," ujarnya.
Dengan begitu, pemilik mobil disarankan untuk tetap mengikuti rekomendasi pabrikan terkait spesifikasi oli.
Jika ingin bereksperimen mencari oli, pastikan perbedaannya tidak terlalu ekstrem agar mesin tetap bekerja optimal tanpa risiko jangka panjang.
https://otomotif.kompas.com/read/2025/02/12/120200015/risiko-gonta-ganti-oli-mesin--apa-yang-perlu-diketahui-