JAKARTA, KOMPAS.com - Musim hujan menjadi tantangan tersendiri bagi para pengendara mobil. Pasalnya, tingkat risiko kecelakaan akibat permukaan jalan yang licin lebih besar dibanding berkendara normal.
Untuk menekan kecelakaan akibat permukaan jalan yang basah dan licin, banyak pengendara mobil yang mengurangi tekanan udara atau angin pada ban.
Tujuannya melakukan hal tersebut agar daya cengkeram ban ke permukaan lebih baik saat melintas di jalan licin.
Lantas apakah benar demikian?
Menjawab hal ini, beberapa waktu lalu Zulpata Zainal, On Vehicle Test (OVT) PT Gajah Tunggal Tbk, menjelaskan bila mengurangi tekanan udara pada ban saat musim hujan merupakan hal yang salah untuk dilakukan.
"Tekanan udara paling bagus untuk mobil adalah yang sesuai dengan rekomendasi pabrikan, baik ketika digunakan saat kondisi jalan kering atau basah paling bagus sesuai rekomendasi," kata Zulpata kepada Kompas.com beberapa waktu lalu.
Ketika tekanan udara pada ban mobil dikurangi, lanjut Zulpata, yang ada justru membuat ban tidak memiliki contact patch atau area kontak dengan aspal yang maksimal.
Alhasil, kondisi tersebut akan membuat daya cengkeram ban ke permukaan jalan atau aspal berkurang, atau tak sebaik ketika kondisi tekanannya sesuai yang sudah direkomendasikan.
"Ketika tekanan udara dikurangi, dinding ban akan menjadi lebih lembek dan berakibat daya cengkram kurang baik di jalan basah dan kering," ucapnya.
Dengan kata lain, mengurangi tekanan udara ban mobil ketika melintas jalan basah di musim hujan justru merupakan tindakan yang salah kaprah.
Chief Technology Officer Goodyear Chris Halsel, juga sempat menyampaikan, kondisi ban dengan tekanan udara yang tak sesuai bisa berpengaruh pada kestabilan kendaraan.
"Saat tekanan udara ban di bawah anjuran (tak sesuai rekomendasi) akan terjadi struktur berbentuk W, di mana bagian tengah tapak ban tidak menyentuh permukaan jalan," kata Chris.
https://otomotif.kompas.com/read/2024/12/03/103100415/apa-benar-tekanan-udara-ban-mobil-harus-dikurangi-saat-musim-hujan-